Friday, 2 January 2009
Mengunjungi Museum Smithsonian dan Madame Tussauds di Washington DC
Berkunjung ke Washington DC tidak lengkap tanpa mampir ke museum yang jumlahnya mencapai puluhan di sana. Berkat manajemen yang profesional, serta kemasan dan koleksi yang menarik, museum-museum itu tetap menarik dinikmati.
MESKI saat ini sedang musim dingin, cuaca di Washington DC kadang sangat bersahabat. Seperti pada akhir pekan itu (12/12) warna biru terlukis di langit dengan sempurna. Tak heran, warga kota yang didesain Pierre Charles L’Enfant, arsitek berdarah Prancis, memanfaatkan liburan dengan datang ke Smithsonian, kompleks museum terluas di ibu kota Amerika Serikat. Total terdapat 19 museum, sembilan pusat penelitian,
dan National Zoo yang bernaung di bawah The Smithsonian Institution.
Museum yang dikelola lembaga itu, antara lain Air and Space Museum, American History Museum, Freer and Sackler Gallery, Natural History Museum, dan tentu saja The Smithsonian Castle. Dari 19 museum itu, 10 museum berjajar di sepanjang National Mall. Termasuk kastil Smithsonian. Jumlah keseluruhan museum Smithsonian di Washington DC ada 16 buah. Dua museum lagi berada di New York dan satu museum di Chantilly, Virginia.
Karena banyaknya museum yang bernaung di bawah Smithsonian Institution, orang
biasanya cukup menyebut Museum Smithsonian. Saat ini tak kurang 136 juta koleksi
dimiliki oleh Smithsonian. Smithsonian Institute disahkan oleh Kongres
pada 1846 di sebidang tanah milik James Smithson, seorang ilmuwan Inggris (1765-
1829). Smithson sendiri tidak pernah berkunjung ke Amerika Serikat. Tanah ini pada
awalnya dikelola oleh keponakannya, Henry James Hungeford. Ketika sang keponakan
meninggal tanpa keturunan pada 1835, tanah itu dihibahkan (lewat wasiat Smithson)
kepada pemerintah AS. Smithson ingin lahan itu dipakai untuk meningkatkan penyebaran
ilmu pengetahuan.
Sebagai kompleks museum yang dikelola oleh pemerintah, dua pertiga orang dari 6.300
karyawan di sana merupakan pegawai pemerintah federal. Untuk masuk ke museum,
pengunjung tidak dipungut satu sen pun. Hanya saja harus melewati pemeriksaan
metal detector dan scan di pintu masuk oleh petugas keamanan.
Bersama seorang teman dari Jakarta, saya masuk ke Air and Space Museum. Setelah selesai melalui metal detector, kami pun melenggang masuk area museum. Belum 10
meter kami berjalan, petugas memanggil kami kembali. Ada barang yang mencurigakan
di dalam tas besar kami. Kami sempat keder. Sebab, di depan kami
berdiri lima orang petugas keamanan keturunan Afro-Amerika yang bertubuh tinggi
besar. ”Tidak perlu takut!” kata seorang petugas yang melihat kecemasan di wajah kami.
Tas kami lalu dimasukkan ke dalam peralatan pemindai lagi. Rupanya, barang di
dalam tas kami yang dianggap ”mencurigakan” itu adalah gantungan kunci stainless
dan magnet kulkas!
Dari 10 museum di National Mall, museum Air and Space adalah yang paling terkenal.
Selain letaknya paling dekat dengan Gedung Capitol, museum berlantai dua ini memiliki
koleksi pesawat udara dan pesawat ruang angkasa yang lengkap. Di ruang pamer terdapat
berbagai macam prototipe pesawat, seperti Douglas DC 3, Roket V-2, dan rudal.
Juga terdapat ruangan-ruangan dengan tema tertentu, seperti Wright Bersaudara. Di
dalam ruangan ini bisa dilihat bagaimana Oliver dan Wilbur Wright melakukan percobaan
untuk menemukan pesawat terbang. Dipamerkan juga kapsul yang digunakan untuk
melakukan pendaratan di bulan.
Tidak sulit untuk mencapai Museum Smithsonian. Tiga stasiun metro, yakni Smithsonian,
L’Enfant Plaza, dan Federal Centre SW, berdekatan dengan kompleks tersebut. Kalau
ingin mengunjungi Kastil Smithsonian atau National Museum of Natural History, maka
bisa naik metro jalur biru atau oranye dan turun di stasiun Smithsonian. Sedangkan, untuk berkunjung ke Air and Space Museum, bisa turun di stasiun L’Enfant. Stasiun ini dilewati empat jalur metro sekaligus: oranye,
biru, kuning dan hijau.
Semua lokasi museum ini juga bisa ditempuh dengan menggunakan tur bus double decker
(susun) yang dikenal dengan nama ”Washington DC Open Top Sightseeing”. Smithsonian
menjadi salah satu tujuan tur bus yang memiliki 25 tempat pemberhentian ini. Para
penumpang bisa melihat lokasi-lokasi bersejarah baik dari dalam (hop on) dari atap
bus (hop off). Naik ke atap adalah pilihan yang paling menyenangkan karena bisa melihat kota Washington. Tapi, bisa menjadi pilihan yang buruk saat musim dingin. Angin kencang dan hawa dingin bisa membuat masuk angin!.
Dengan merogoh kocek senilai USD 32 (sekitar Rp 350 ribu), selama dua hari berturutturut kita bisa memanfaatkan bus ini untuk mengujungi lokasi-lokasi bersejarah di Washington DC. Tiket bus ini bisa didapatkan di hotel-hotel ataupun bisa membeli langsung di atas bus. ”Ikut tur bus merupakan cara praktis
untuk cepat mengenal Washington DC” ujar Lidia, salah satu resepsionis di Hotel
Churchill, tempat kami menginap.
Selain Smithsonian yang dikelola oleh pemerintah, di Washington DC juga terdapat
museum yang dikelola oleh swasta. Museum Madame Tussauds salah satunya. Tidak sulit
untuk menemukan lokasi museum lilin ini. Letaknya hanya satu blok dari stasiun Metro
Centre. Menempati tempat di pojok F St North West, bangunan ini cukup mencolok karena
dicat dengan warna merah.
Museum Madame Tussauds merupakan salah satu museum yang dikelola oleh swasta. Pada Mei 2007, museum ini telah diakusisi oleh Merlin Entertainment dari The Tussauds Group. Selain berlokasi di kota ini, di AS terdapat tiga lokasi lainnya. Yaitu New York City, Las Vegas, dan Los Angeles-Hollywood.
Museum Madame Tussauds kali pertama didirikan oleh pematung lilin kelahiran Austria, Marie Tussauds pada 1831 di Baker Street London. Museum lilin ini kemudian menyebar ke kotakota lainnya di dunia seperti Amsterdam (Belanda), Shanghai (Tiongkok), dan Hongkong. Keunggulan museum Madame Tussauds di Washington DC ini terletak pada penekanan unsur sejarah Amerika Serikat, dengan dipamerkannya patung presiden-presiden Amerika Serikat dan tokoh-tokoh terkenal disana.
Menjelang 200 tahun peringatan kelahiran Abraham Lincoln (Lincoln Bicentennial)
pada 12 Februari 2009, biaya masuk ke museum ini turun dari USD 18 menjadi USD
10. Pengumuman penurunan tarif ini dipasang dalam banner di depan kasir. Untuk menyemarakkan acara ini juga, di dekat pintu keluar (exit), terdapat patung Abraham Lincoln sedang duduk di sebuah kursi.
Penataan ruang museum ini cukup menarik. Untuk pintu masuk dan pintu keluar terletak
di lantai 1. Sedangkan untuk ruang pamer terletak di ruang bawah tanah (basement).
Ruang pamer ini terbagi dalam 10 seksi. Masing-masing seksi didasarkan pada tema
tertentu. Misalnya di dalam seksi ”Founding Fathers” (para bapak bangsa) terdapat patung lilin presiden-presiden Amerika Serikat yang dianggap sebagai bapak bangsa karena mampu mengubah sejarah.
Sejarah perjuangan orang kulit hitam di Amerika dalam memperjuangkan kesamaan
hak menempati satu ruangan tersediri, ”Civil Rights”. Di ruangan ini, terdapat patung lilin tokoh-tokoh terkenal kulit hitam seperti Martin
Luther King Jr. dan Rosa Parks. Menariknya, ruangan ini tidak saja menampilkan
patung lilin para tokoh tersebut. Tetapi terdapat ”perlengkapan” momen perjuangan
mereka. Misalnya saja, di samping patung Martin Luther King Jr. ini terdapat
podium. Di dalam podium ini terdapat naskah pidato King yang terkenal I Have A Dream.
Di belakang podium juga terdapat layar besar yang menggambarkan momen King saat
March on Washington for Jobs and Freedom pada 1963 di Lincoln Memoriam. Lengkap
dengan hiruk pikuk teriakan massa.
Ruangan yang paling banyak menarik minat para pengunjung adalah ”The Presidents”
dan ”Behind the Scenes.” Di ”Presidents”, terdapat lukisan semua presiden Amerika Serikat. Tidak semua patung presiden ada di ruangan ini. Meskipun belum disahkan, patung presiden terpilih Barack Obama ada di dalam ruangan ini. Banyak pengunjung yang berfoto dengan patung presiden ke-44 ini.
Patung-patung selebriti Hollywood terkenal seperti Johnny Depp, Tom Cruise, Morgan
Freeman, Jennifer Lopez, Will Smith, Julia Roberts dan lain-lain bisa dinikmati di ”Behind the Scenes”.
Museum ini tidak saja menampilkan patungpatung lilin tokoh-tokoh terkenal di bidangnya, tetapi juga dipertunjukkan proses waxing(pembuatan patung lilin). Pengunjung bisa mencoba untuk membuat dirinya abadi dalam patung lilin. Seorang petugas akan membantu pengunjung untuk melakukan waxing.
Yang tidak kalah menarik dari museum adalah toiletnya. Selain diwarnai merah, masing-masing bilik toilet diberi nama. Misalnya, ada toilet First Lady, Politician, Actress, maupun TV Star. Bagi pengunjung yang ingin merasakan bagaimana ”istimewanya” jamban milik istri presiden AS, mereka bisa mencoba toilet First Lady.
Dimuat di harian Jawa Pos, 27 Desember 2008, setelah melalui proses editing
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment