Aku beruntung sekali, waktu ke Wakatobi pertama kali bertepatan dengan Festival Kabuenga. Yaitu, festival tahunan yang biasanya diselenggarakan di Wakatobi. Festival tahun ini digelar sebagai rangkaian dari Indonesia Sail 2009. Jadi, para peserta Indonesia Sail setelah dari Manado dengan Bunaken Sail, langsung menuju Wakatobi. Tokh, Wakatobi dan Manado sama-sama daerah yang merupakan bagian dari the world coral triangle alias pusat segitiga karang dunia. Di dunia ini, ada 6 negara yang termasuk jajaran itu. Yaitu Thailand, Malaysia, Philiphina, Indonesia, Timor Leste, Papua Nugini, dan Kepulauan Solomon. Di Indonesia, tempat itu berjajar dari Bunaken-Manado, Wakatobi, Bali, dan Lombok. Wakatobi mengklaim dirinya berada di jantungnya coral triangle di dunia.
Festival Kabuenga dulunya adalah upacara adat yang dilakukan oleh orang di Wakatobi untuk mencari jodoh. Para lelaki yang menjadi pelaut, dan para perempuan yang ada di rumah saja. Dalam moment ini, lelaki dan perempuan dipertemukan.
Ada beberapa macam prosesi Kabuenga. Misalnya saja, ada ayunan, para perempuan berjualan makanan, tari-tarian yang melambangkan pernikahan dan tradisi pingitan, dan sebagainya. Dari ajang para gadis berjualan ini, lelaki akan datang membeli dagangannya, dan berharap akan terjadi hubungan yang lebih serius.
Nah, dalam Festival Kabuenga 2009 ini, para gadis memang duduk di lapangan Merdeka dengan makanan-makanan tradisional di depan mereka. Berbagai hidangan tradisional ada di hadapan mereka. Seperti masakan dari ikan, kasuami dan kasuami pepe, nasi bambu, lepat, dan sebagainya. Tapi, sepertinya ini tidak dijual. Baru kemudian saya tahu, kalau masakan-masakan ini dimakan pada saat buka puasa bersama.
Bupati Wakatobi, Hugua dan istrinya Ratna Dewi, sebagai simbol pernikahan, diayun oleh dua orang gadis cantik.
Ketika Maghrib dikumandangkan dengan bunyi sirene, buka puasa boleh dilakukan. Orang-orang yang melihat festival ini, diperkenankan untuk mengambil makanan-makanan dari talam itu. Gratis. Kemudian, orang-orang ramai minum ronso (es degan dengan jahe), dan mengambil makanan besar untuk berbuka.
Enaknya, berbuka di Festival Kabuenga. What a precious experience!