Tuesday, 1 September 2009

Wakatobi!


Wakatobi merupakan singkatan dari nama empat pulau besar di wilayah yang dulunya menjadi bagian dari kesultanan (sebelum merdeka) dan Kabupaten Buton ini. Keempat pulau besar itu adalah Wangi-Wangi, Kaledupa, Tomia dan Binongko. Bersusun dari dalam sampai keluar. Binongko adalah wilayah terluar.

Wilayah ini mekar pada tahun 2004. Hugua adalah bupati pertama di wilayah kepulauan ini. Sebab, kabupaten ini memiliki 142 pulau, dan hanya 7 yang berpenghuni. Kalau dilihat dari persentasenya, 97 persen berupa lautan dan wilayah daratnya hanya 3 persen.

Tempat ini merupakan salah satu pusat segitiga karang dunia. Wilayah ini terbentang dari Philiphina, Malaysia, Indonesia (Bunaken, Wakatobi, Bali, Lombok), Timor Leste, Papua Nugini sampai dengan Kepulauan Solomon. Dari hasil Operational Wallacea (Opwal), dari 850 jenis karang di dunia, 750 jenis ada di kabupaten ini. Tidak mengherankan, sebab lautan disini merupakan pertemuan dari Laut Banda dan Laut Flores.

Untuk mencapai wilayah ini, sekarang ada dua macam alternatif. Lewat laut atauoun lewat udara. Kalau mau lewat laut bisa dari Kota Bau-Bau di Kepulauan Buton dan naik kapal cepat selama 4 jam (kalau ombak sedang bagus) atau naik kapal kayu selama 12 jam (kalau ombak sedang bagus juga). Atau bisa naik Susi Air dari Kendari. Telah ada satu bandara kecil bernama Matahora. Pembangunan memang masih dilaksanakan disana dan disini. Ijin operasional bandara ini juga belum ada. Sehingga pesawat komersil belum bisa mendaratkan di kabupaten ini. Jadi, statusnya hanya charter. Pemda dalam satu tahunnya men-charter dari Susi Ari senilai Rp. 1,2 milyar. Jadi, di dalam tiket yang ada tulisannya Pemerintah Daerah Wakatobi. Kalaupun nanti ada pesawat komersil, yang bisa mendarat pesawat-pesawat yang berpenumpang 30 orang milik Express Air.

Kemarin, ketika sempat ketemu dengan bupati Hugua di bandara. Dia mengatakan, kalau September ini ijin operasional sudah turun.

Pergi ke Wakatobi tidak lengkap kalau tidak diving atau snorkeling. Sayangnya, aku tidak bisa diving, hehehe. Renang saja tidak bisa, hehe. Kalau mau diving, sebenarnya di empat pulau itu ada semua spot-spotnya. Tapi, yang terkenal itu di Hoga Island (dekat Kaledupa) yang dikelola oleh Opwal. Atau ada di Tomia. Konon, di Tomia kita bisa melihat penyu bertelur. Kalau di Wakatobi, yang namanya air laut itu bisa hijau dan biru. Pasirnya juga putih sekali. Yang ada di foto itu Hugua Beach (well...) yang ada di desa Waetuna. Di dekat pantai ini, ada dua kelompok karang. Kalau sedang surut, kita bisa berjalan di atas lamun (semacam rumput laut) untuk pergi ke karang ini.

Ada pantai yang antik dan bisa disebut sebagai kolam renang. Yaitu pantai yang ada di Dusun Sousu, Desa Matahora, Wangi-Wangi Selatan. Setelah pantai ada air lautnya. Tetapi, sekitar duapuluh meter setelah garis pantai, ada satu garis putih, yang ternyata itu adalah pasir putih. Jadi, di dalam laut masih ada pasir putihnya lagi.

Makanya, next project, aku harus belajar diving nih. Karena di tahun-tahun mendatang, aku akan suka sekali kalau pergi ke Wakatobi.

Meskipun dalam hal infrastruktur belum bisa dikatakan belum 100 persen sempurna, telah ada berbagai upaya untuk pembenahan. Misalnya saja pembangunan bandara, jalan yang menghungkan bandara dengan pusat kota di Wanci, dan sebagainya. Masalah air bersih (tawar) memang masih menjadi masalah di kabupaten kepulauan. Paling banter, air yang dihasilkan payau. Hanya beberapa tempat yang mampu menghasilkan air tawar.

No comments: