Ketika pertama kali mendapatkan tawaran untuk mengerjakan proyek di Wakatobi, saya langsung excited. Berkali-kali aku mendengarkan nama itu, tetapi tidak pernah tahu tempat itu ada dimana. Pokoknya, kalau mendengarkan nama Wakatobi, yang ada dalam benakku hanya nama Nadine Chandawinata, mantan Puteri Indonesia 2005.
Seperti biasanya, kalau bingung dengan satu hal, yang aku lakukan adalah menanyakannya kepada Mbah Google. Ada berbagai macam informasi disana, termasuk betapa indahnya pemandangan bawah laut kawasan ini yang termasuk dalam the world coral triangle.
Lalu, bagaimana kesananya? Nah, ini yang bikin aku sangat bingung. Dari hasil pencarian, kesana hanya bisa ditempuh dengan menggunakan KAPAL LAUT! Seketika aku langsung panas-dingin dan berdebar-debar. Anda pasti tahu kenapa, aku tidak bisa renang! Sementara kesana harus berjam-jam naik kapal laut. Bisa 11 jam dari Bau-Bau, itupun kalau ombak sedang bagus-bagusnya. Tetapi, bulan-bulan begini, adalah bulan bertiupnya angin Timur. Ombak di Laut Banda tidak ada duanya. Bisa 7 meter tingginya. Alamak, aku langsung menggigil. Dan, sudah siap-siap untuk membeli life vest alias jaket pelampung.
Lalu, datanglah berita bagus itu. Dari Pak Rus, PO CD Project Sulawesi Tenggara yang ada di Kendari. Kalau sekarang ke Wakatobi sudah ada alternatif lainnya. Yaitu dengan naik pesawat charter milik Susi Air.Dengan menggunakan Cesna 280 janis Grand Caravan, pesawat charteran milik Susi Pudjiastuti, pengusaha ikan asal Pantai Pangandaran ini. Pesawat ini dikenal dengan nama lain pesawat DC 12 alias pesawat diisi 12. Karena memang berisikan 12 orang penumpang. Para pilotnya mas-mas bule cakep. Ada yang berasal dari Italia.
Menaiki pesawat jenis ini, tidak ada peragaan mengenakan bagaimana mengenakan sabuk pengaman dan alat pelampung. Si Mas hanya bilang dalam bahasa Indonesia sengaunya, "dalam kondisi darurat, alat pelampung ada di bawah tempat duduk Anda"
Dan, kedua mas ini akan menyetir pesawat berbaling-baling ini dengan santainya. Kadang dia mengunyah kacang rebus yang dia masukkan ke dalam botol Aqua. Kadang mereka sambil potret ke kiri dan ke kanan.
Dari Kendari, penerbangan hanya membutuhkan waktu 40 menit. Kita kemudian bisa mendarat di Bandara Matahora, Pulau Wangi-Wangi. Bandara ini masih dalam proses pembangunan.
Seperti biasanya, kalau bingung dengan satu hal, yang aku lakukan adalah menanyakannya kepada Mbah Google. Ada berbagai macam informasi disana, termasuk betapa indahnya pemandangan bawah laut kawasan ini yang termasuk dalam the world coral triangle.
Lalu, bagaimana kesananya? Nah, ini yang bikin aku sangat bingung. Dari hasil pencarian, kesana hanya bisa ditempuh dengan menggunakan KAPAL LAUT! Seketika aku langsung panas-dingin dan berdebar-debar. Anda pasti tahu kenapa, aku tidak bisa renang! Sementara kesana harus berjam-jam naik kapal laut. Bisa 11 jam dari Bau-Bau, itupun kalau ombak sedang bagus-bagusnya. Tetapi, bulan-bulan begini, adalah bulan bertiupnya angin Timur. Ombak di Laut Banda tidak ada duanya. Bisa 7 meter tingginya. Alamak, aku langsung menggigil. Dan, sudah siap-siap untuk membeli life vest alias jaket pelampung.
Lalu, datanglah berita bagus itu. Dari Pak Rus, PO CD Project Sulawesi Tenggara yang ada di Kendari. Kalau sekarang ke Wakatobi sudah ada alternatif lainnya. Yaitu dengan naik pesawat charter milik Susi Air.Dengan menggunakan Cesna 280 janis Grand Caravan, pesawat charteran milik Susi Pudjiastuti, pengusaha ikan asal Pantai Pangandaran ini. Pesawat ini dikenal dengan nama lain pesawat DC 12 alias pesawat diisi 12. Karena memang berisikan 12 orang penumpang. Para pilotnya mas-mas bule cakep. Ada yang berasal dari Italia.
Menaiki pesawat jenis ini, tidak ada peragaan mengenakan bagaimana mengenakan sabuk pengaman dan alat pelampung. Si Mas hanya bilang dalam bahasa Indonesia sengaunya, "dalam kondisi darurat, alat pelampung ada di bawah tempat duduk Anda"
Dan, kedua mas ini akan menyetir pesawat berbaling-baling ini dengan santainya. Kadang dia mengunyah kacang rebus yang dia masukkan ke dalam botol Aqua. Kadang mereka sambil potret ke kiri dan ke kanan.
Dari Kendari, penerbangan hanya membutuhkan waktu 40 menit. Kita kemudian bisa mendarat di Bandara Matahora, Pulau Wangi-Wangi. Bandara ini masih dalam proses pembangunan.
No comments:
Post a Comment