Monday, 31 August 2009

Kendari!


Sebelum kita ke Wakatobi, harus transit semalam di Kendari karena pesawat Susi Air ke Wakatobi hanya terbang pada jam-jam tertentu. Yaitu pada tiap hari jam 8.30 WITA. Hanya saja, pada hari Selasa dan Kamis, baru terbang pada pukul 16.00 WITA.

Ketika kita mendekati bandara Wolter Monginsidi Kendari, yang nampak hanya perbukitan dengan hutan yang lebat. Menurut Pak Ruslan, contact person di Kendari, bukit itu tidak bernama. Biasanya, orang Kendari kalau memberikan nama pada sebuah tempat, pasti ada peristiwa tertentu. Pemberian nama akan mengingatkan orang pada satu kejadian.

Bandara Monginsidi (seperti gambar atas), tampak baru. Bahkan belum selesai 100 persen. Landasan pesawat juga nampak baru. Bandara ini berada di Kabupaten Konawe Selatan, tetapi merupakan lahan Angkatan Laut. Mirip Juanda pada jaman dulu-lah. Pendapatannya, dibagi antara ketiga belah pihak: pengelola bandara, AL dan pemda Konawe Selatan.

Kota Kendari merupakan ibukota Sulawesi Tenggara. Namun, tidak mirip dengan ibukota propinsi. Berbeda jauh dengan Makassar yang merupakan ibukota Sulawesi Selatan. Suasana Kendari seperti kota kecil di Jawa Timur. Seperti Tulungagung.

Untuk menuju tengah kota saja, butuh waktu 30 menit dengan naik taksi. Jalan berkelok-kelok. Kiri kanan jalan masih banyak lahan kosong. Sepi sekali. Taksi sebenarnya juga tidak melaju dengan cepat. Santai saja. Tujuan kita Hotel Imperial, di Jalan Ahmad Yani.

Di Kendari ini, agak susah untuk menemukan tempat makanan yang "maknyus" Beda jauh dengan Makassar yang kaya dengan makanan yang enak-enak. Kita tinggal pilih saja. Mau ikan bakar, mau mie titi, ingin sarrabba, ingin songkolo, ingin ngopi di Phoenam, ingin cotto, ingin sop konro, ingin sop bersaudara, atau jenis makanan yang lainnya. Semuanya tersedia. Anda tinggal pilih. Kalau Anda tidak memiliki pantangan makanan, bisa saja mencoba semuanya.

Jujur, di Kendari belum ketemu tempat makan dengan masakan mak nyus. Yang agak lumayan adalah RM Aroma yang terletak di samping Hotel Plaza Inn. Rumah makan ini menyediakan masakan khas Suku Tolaki, suku asli Kendari. Lumayan juga. Ada ayam yang dimasak asam dengan kendondong (duh, lupa namanya) dan ada juga ikan palumara (tidak beda jauh dengan asam-asam bandeng di Jawa Timur). Disediakan juga sononggi (berupa bubur sagu). Orang Tolaki, biasanya makan bubur sagu dengan kuah ikan, dan juga sayur bayam.

Terkait dengan places of interest, agak bingung juga. Sepertinya, baru menemukan Kendari Beach. Itupun kalau malam gelap minta ampun. Tidak ada apa-apa. Orang disana juga tidak seramai di Pantai Losari, Makassar. Rumah makan terapung di pinggir pantai juga bukan pilihan yang baik untuk makan. Bersama dengan seorang teman pernah mencoba pesen minuman disana. Saya pesan juice jeruk, dan ternyata oh ternyata saya dikasih air nutrisari. Sedangkan teman saya memesan kopi. Sayangnya, kopi tidak disajikan dalam cangkir atau minimal gelas biasa. Akan tetapi disajikan dalam gelas sirup berkaki! Baru setelah kami menikmati minum yang "menyedihkan" itu, kami justru mendapatkan kalau di sepanjang pantai banyak terdapat makanan kaki lima yang umumnya menyediakan makanan dari Makassar. Seperti pisang epek, dan sarabba. Tidak ketinggalan ikan bakar! Sayangnya, perut kami sudah penuh dengan makanan yang kami beli di RM Sulawesi. Rumah makan ini, juga bukan pilihan yang baik. Sudah begitu, harganya mahal!

Kalau Anda ke Kendari, jangan harap akan menemukan mall. Kalau di Makassar masih agak lumayan. Ada Mall Panakukang, dan Mall Ratu Indah (MARI). Sedangkan di Kendari, hanya ada Mandonga Mall. Mall ini hanya dua lantai. Lantai bawah untuk jualan VCD dan kaset. Sedangkan lantai dua, hanya untuk berjualan baju. Dibuat mirip-mirip kios. Kalau dilihat, lebih cocok disebut pasar, hehehe.


No comments: