Monday, 24 August 2009

Am I Too Old Traveling?

Ketika membaca buku Trinity, The Naked Traveler dan bicara mengenai telatnya umur orang Indonesia untuk traveling, terutama traveling ke luar negeri. Benar juga. Miss T tidak salah. Kata Miss T, kita bisa traveling ke luar negeri kalau sudah bekerja selama beberapa tahun dan setelah didahului dengan masa menabung. You are definitely right, Miss T!

Aku, memulai traveling ke luar negeri ketika berumur 26 tahun. Travelingnya juga tidak jauh-jauh amat. Cukup ke negeri di seberang air besar. Singapore sama Malaysia. Itupun setelah direncanakan dengan cukup matang selama 6 bulan, bersama dengan tiga orang teman cewekku. Masa, umur segini belum pernah pergi ke luar negeri.

Tentu saja, itu adalah perjalanan independent. Selama beberapa bulan, Nadia browsing ini dan itu. Booking hotel dan tiket dengan kartu kredit Sophie (ah, hanya Sophie yang punya kartu kredit waktu itu). Saat yang kita pilih liburanmu juga waktu peak season, Tahun Baru!

Selama satu minggu traveling, kami sudah hitung dengan manis dan matematis diatas kertas kemana kami semua akan pergi. Nadia, orang yang sangat terencana membuat jadwal ini sangat enak. Dia bahkan menghitung berapa waktu yang dibutuhkan untuk kesana dan kesini. Misalnya saja, lama penerbangan dari Surabaya ke Batam, terus dari Bandara Hang Nadim ke terminal ferry Batam Centre. Dengan menggunakan perencanaan ini, kita bisa estimasi jam berapa kita akan sampai di negara tetangga. Dari hitungan Matematis, mulai dari flight jam 7 pagi, kita dipastikan sampai di Singapore jam 3 sore. Itu karena ketika kita menyeberang sebelum jam 12, masuk ke imigrasi Singapore belum begitu padat.

Liburan di Singapore-Malaysia yang merupakan liburan kami ke luar negeri, kami catat dengan baik dan buruk. Penuh dengan kenangan deh... Termasuk kenangan tentang masuk angin berjamaah yang menyerang secara bergantian.

Traveling kedua tahun kemarin itu ke Thailand. Bersama Bebe dan Emmy. Traveling ini juga didahului dengan masa-masa menabung, dan booking tiket promo jauh-jauh hari sebelumnya. Jadi, Jakarta-Bangkok PP hanya kena Rp. 760 rebu, dengan pesawat versi gerobak, Air Asia.

Mengingat pengalaman traveling 2006 yang lalu, coba buat deh itu itinerary. Tapi, ternyata teman-temanku tidak ada yang respon. Ya sudahlah. Ehh..ternyata, semuanya berjalan off script atau jalan di luar rencana. Ah, tapi asyik juga. Jalan kesana kemari tanpa tujuan. Hanya kalau butuh pergi ke tempat ini cek di website. Site-site yang awalnya ingin kita kunjungi gagal total berantakan. Kita juga bukan orang yang pagi-pagi jam 6 bangun terus jalan. Tapi, orang-orang pemalas. Jam 10 siang baru mulai jalan. Waaaa....rugi kali, sudah jalan jauh, di luar negeri masih suka molor. Tapi, harap maklum, jam 12 malam kita baru pulang dari jalan. Belum lagi karena faktor USIA. Yang kalau malam baunya Counterpain semua.

Jalan bareng sama teman-teman sepanjang 2009 ini lebih banyak di dalam negeri. Mengingat, krisis moneter internasional. Hah, secara aku diingatkan seorang teman "Jangan pergi dekat-dekat. Kapan kamu akan sampainya pergi jauh??" Ah, benar juga.

Perjalanan terjauh akhir tahun kemarin ke belahan bumi Amerika juga atas kebaikan donor dengan embel-embel short term scholarship. Sayangnya, memang too short. Satu minggu saja. Sampai hari Sabtu malam, Minggu pagi berikutnya sudah harus kembali ke tanah air. Yeah, tapi lumayan. Kapan bisa ke negera Obama lagi, di masa-masa setelah Pemilu dan menjelang Inaugurasi? Tapi, intinya perjalanan yang terakhir ini enak sekali. Tidak terlalu sengsara. Karena semua sudah diurusi. Mulai dari tiket, penginapan, asuransi, bahkan sampai dengan wawancara Visa saja ditungguin, dan bisa dipastikan Visa bakal keluar. Kita hanya butuh datang di tempat yang sudah dijanjikan. Hmmm...

No comments: