Bagaimana untuk memulai sebuah hari? Sudah beberapa hari ini, aku mulai mejadi coffee addict lagi. Selalu saja ada secangkir kopi di meja, di sebelah komputer. Setiap hari, aku mulai dengan rutin yang sama. Sarapan. Bisa ringan, bisa berat. Tergantung perut mintanya seperti apa.
Begitu datang, langsung menyalakan laptop, dan mencari koneksi ke wireless. Tapi, sudah dua hari ini agak susah konek ke wifi dari laptop. Entah, apa yang terjadi dengan laptopku. Sepertinya, dia agak remuk. Yah, laptopku juga membutuhkan diri untuk istirahat. Hasilnya, aku harus mengetik ke Bangku Kosong. Alias meja yang tidak ada penghuninya. Meja yang kalau diduduki penghuninya tidak akan tahan lama.
Hari ini, beberapa hal harus dibereskan. Seperti, jadwal ke Wakatobi minggu depan dan jadwal rekaman untuk pembuatan iklan. Semuanya harus beres dalam minggu ini. Jadwal ke kabupaten kepulauan itu sudah beres. Dari Kendari ke Wakatobi, aku sudah minta tolong Pak Ruslan untuk pesankan tiket Susi Air. Dari Surabaya, masih belum tahu.
Setiap pagi, memang harus dimulai. Dengan apapun. Dalam beberapa hari ini, kopi telah memulainya. Kopi bisa lebih menenangkan aku. Sampai detik ini, aku masih harus duduk dan diam sebentar untuk mengumpulkan kembali energi-energiku yang telah habis. Jujur, setahun belakangan ini, aku telah menghabiskan semua energi yang aku miliki, untuk tujuan itu.
Aku tidak menyesal, karena semua tidak seperti yang telah aku rencanakan dengan baik dan matang. Aku, hanya saja merasa sangat capek. Capek sekali.
Aku hanya butuh beberapa saat untuk diam. Sebelum, aku membuat kembali lompatan jauh ke depan. Ya, aku tahu, kalau hidupku tidak akan berhenti disini.
Aku hanya tahu, pagi ini aku memulainya dengan secangkir kopi. Membiarkan cairan berwarna hitam itu mengaliri tenggorakanku yang kering. Bercampur dengan ludahku, dan kemudian masuk ke dalam sistem pencernaan. Tidak seberapa lama, kafein akan mengalir ke otakku. Dan, membiarkan semua yang ada di dalam otakku tertuang dalam tuts-tuts keyboard komputer. Aku tidak tahu, apa yang akan keluar itu. Aku hanya ingin menulis saja. Aku tahu, menulis akan membuatku menjadi lebih baik.
Sama seperti melukis. Sayangnya, aku tidak bisa melukis. Aku hanya bisa menulis. Itupun, bukan sebuah tulisan yang bagus. Hanya sebuah kalimat demi kalimat yang popped di dalam otakku. Seringkali, ide-ide yang tidak elit, hehehe. Aku hanya tahu, kopi bisa menjadi endorfin. Yang membuat merasa senang dan gembira.
Aku, hanya tahu itu. Sudah. Cukup.
Sebentar lagi, aku ingin kembali merangkai semuanya. Semua mimpi itu. Karena aku hanya tahu, orang-orang sepertiku, hanya karena mimpi-lah tetap bisa hidup dan bertahan.
Well, I think I have gotta back to work. I have to make some scenario on my documentary film, as well as the story line.
Begitu datang, langsung menyalakan laptop, dan mencari koneksi ke wireless. Tapi, sudah dua hari ini agak susah konek ke wifi dari laptop. Entah, apa yang terjadi dengan laptopku. Sepertinya, dia agak remuk. Yah, laptopku juga membutuhkan diri untuk istirahat. Hasilnya, aku harus mengetik ke Bangku Kosong. Alias meja yang tidak ada penghuninya. Meja yang kalau diduduki penghuninya tidak akan tahan lama.
Hari ini, beberapa hal harus dibereskan. Seperti, jadwal ke Wakatobi minggu depan dan jadwal rekaman untuk pembuatan iklan. Semuanya harus beres dalam minggu ini. Jadwal ke kabupaten kepulauan itu sudah beres. Dari Kendari ke Wakatobi, aku sudah minta tolong Pak Ruslan untuk pesankan tiket Susi Air. Dari Surabaya, masih belum tahu.
Setiap pagi, memang harus dimulai. Dengan apapun. Dalam beberapa hari ini, kopi telah memulainya. Kopi bisa lebih menenangkan aku. Sampai detik ini, aku masih harus duduk dan diam sebentar untuk mengumpulkan kembali energi-energiku yang telah habis. Jujur, setahun belakangan ini, aku telah menghabiskan semua energi yang aku miliki, untuk tujuan itu.
Aku tidak menyesal, karena semua tidak seperti yang telah aku rencanakan dengan baik dan matang. Aku, hanya saja merasa sangat capek. Capek sekali.
Aku hanya butuh beberapa saat untuk diam. Sebelum, aku membuat kembali lompatan jauh ke depan. Ya, aku tahu, kalau hidupku tidak akan berhenti disini.
Aku hanya tahu, pagi ini aku memulainya dengan secangkir kopi. Membiarkan cairan berwarna hitam itu mengaliri tenggorakanku yang kering. Bercampur dengan ludahku, dan kemudian masuk ke dalam sistem pencernaan. Tidak seberapa lama, kafein akan mengalir ke otakku. Dan, membiarkan semua yang ada di dalam otakku tertuang dalam tuts-tuts keyboard komputer. Aku tidak tahu, apa yang akan keluar itu. Aku hanya ingin menulis saja. Aku tahu, menulis akan membuatku menjadi lebih baik.
Sama seperti melukis. Sayangnya, aku tidak bisa melukis. Aku hanya bisa menulis. Itupun, bukan sebuah tulisan yang bagus. Hanya sebuah kalimat demi kalimat yang popped di dalam otakku. Seringkali, ide-ide yang tidak elit, hehehe. Aku hanya tahu, kopi bisa menjadi endorfin. Yang membuat merasa senang dan gembira.
Aku, hanya tahu itu. Sudah. Cukup.
Sebentar lagi, aku ingin kembali merangkai semuanya. Semua mimpi itu. Karena aku hanya tahu, orang-orang sepertiku, hanya karena mimpi-lah tetap bisa hidup dan bertahan.
Well, I think I have gotta back to work. I have to make some scenario on my documentary film, as well as the story line.
No comments:
Post a Comment