Aku tidak, apakah pijat itu hobby atau kebutuhan. Yah, pokoknya saja aku suka sekali dengan pijat. Kalau badan rasanya sudah tidak nyaman, sudah saatnya aku nyetor duit ke tukang pijat. Aku punya beberapa langganan tukang pijat. Tentunya, sebelum menemukan tukang pijat harus melakukan trial and error tukang pijat yang enak.
Nah, sebenarnya, aku tidak hanya suka pijat saja. Tapi juga aktivitas lainnya yang berbau pijat-memijat. Seperti cream bath atau spa. Biasanya, kalau di pijat refleksi, tukang pijat adalah laki-laki. Aku mungkin hampir telah menjajal lebih dari separo tukang pijat refleksi Kertajaya. Mereka kalau pijat aku tidak masalah. Meski, pernah kena komplain satu kali waktu aku kecapekan pulang dari US. Si tukang pijat sampai berdiri dan mengeluarkan seluruh tenaga dia, karena tubuhku kaku semua.
Nah, akhir-akhir ini, ketika aku dipijat perempuan, aku sering mendapatkan komplain. Yang paling jelas dan tegas waktu spa di Bali. Tukang pijat Happy Salon, si Kadek bertanya
"Aduh, tubuh Mbak-nya keras sekali. Olahraga ya Mbak?" Belum sempat aku jawab, si Nadia dan Sophie sudah bilang "Iya, dia itu tukang fitness kok..."
"Ooooo.. pantesan..." jawab si Mbak sambil terus memijat-mijat tubuhku. Untung, tubuh si Kadek besar, jadi dia tidak masalah dengan tubuhku yang keras itu.
Masalah baru terjadi hari Minggu kemarin di Jakarta. Daripada bengong nunggu Intan hair extension, aku sekalian saja creambath. Yang creambath rambutku, orangnya kecil. Ketika dia mengurut kepalaku, tidak masalah. Meskipun menurutku kurang keras. Nah, gilirannya dia memijat punggungku, dia sampai gerak ke kanan dan ke kiri, dengan semua tenaganya. Akan tetapi, tenaga yang dia keluarkan itu sepertinya tidak sepadan dengan hasilnya. Ah, kasihan sekali anka ini. Aku masih diam saja. Terus akhirnya aku tanya ke dia,
"Bagaimana, kuat tidak pijat?"
"Ah, Mbak jangan gitu dong. Kuat lah saya pijat Mbak...:"
"Ya sudah kalau begitu." Kemudian, dia terus saja memijat. Tapi, lama-lama, tidka tega juga melihat dia. "Sudah, berhenti saja. Pijat saja tangan"
Pas dia memijat tangan ini,baru ketahuan apa yang ada di dalam benaknya. "Mbak ini olahraga apaan sih, kok ototnya sampai keras banget?" Saya jawab saja, "jogging"
"Ah, masak jogging bisa sekeras ini"
"Ya bisa dong. Kalau tidak percaya, coba saja jogging tiap pagi..." Tapi, dia menggeleng-geleng. Tanda tidak mau.
Yang mengejutkan aku, ternyata untuk creambath sejam itu tarifnya hanya Rp. 15 ribu. Gila, di belantara Jakarta masih ada creambath seharga itu. Apa dia tidak rugi? At the end, creambath-ku justru digratiskan karena tarif untuk hair extension Intan sudah mahal.
Nah, sebenarnya, aku tidak hanya suka pijat saja. Tapi juga aktivitas lainnya yang berbau pijat-memijat. Seperti cream bath atau spa. Biasanya, kalau di pijat refleksi, tukang pijat adalah laki-laki. Aku mungkin hampir telah menjajal lebih dari separo tukang pijat refleksi Kertajaya. Mereka kalau pijat aku tidak masalah. Meski, pernah kena komplain satu kali waktu aku kecapekan pulang dari US. Si tukang pijat sampai berdiri dan mengeluarkan seluruh tenaga dia, karena tubuhku kaku semua.
Nah, akhir-akhir ini, ketika aku dipijat perempuan, aku sering mendapatkan komplain. Yang paling jelas dan tegas waktu spa di Bali. Tukang pijat Happy Salon, si Kadek bertanya
"Aduh, tubuh Mbak-nya keras sekali. Olahraga ya Mbak?" Belum sempat aku jawab, si Nadia dan Sophie sudah bilang "Iya, dia itu tukang fitness kok..."
"Ooooo.. pantesan..." jawab si Mbak sambil terus memijat-mijat tubuhku. Untung, tubuh si Kadek besar, jadi dia tidak masalah dengan tubuhku yang keras itu.
Masalah baru terjadi hari Minggu kemarin di Jakarta. Daripada bengong nunggu Intan hair extension, aku sekalian saja creambath. Yang creambath rambutku, orangnya kecil. Ketika dia mengurut kepalaku, tidak masalah. Meskipun menurutku kurang keras. Nah, gilirannya dia memijat punggungku, dia sampai gerak ke kanan dan ke kiri, dengan semua tenaganya. Akan tetapi, tenaga yang dia keluarkan itu sepertinya tidak sepadan dengan hasilnya. Ah, kasihan sekali anka ini. Aku masih diam saja. Terus akhirnya aku tanya ke dia,
"Bagaimana, kuat tidak pijat?"
"Ah, Mbak jangan gitu dong. Kuat lah saya pijat Mbak...:"
"Ya sudah kalau begitu." Kemudian, dia terus saja memijat. Tapi, lama-lama, tidka tega juga melihat dia. "Sudah, berhenti saja. Pijat saja tangan"
Pas dia memijat tangan ini,baru ketahuan apa yang ada di dalam benaknya. "Mbak ini olahraga apaan sih, kok ototnya sampai keras banget?" Saya jawab saja, "jogging"
"Ah, masak jogging bisa sekeras ini"
"Ya bisa dong. Kalau tidak percaya, coba saja jogging tiap pagi..." Tapi, dia menggeleng-geleng. Tanda tidak mau.
Yang mengejutkan aku, ternyata untuk creambath sejam itu tarifnya hanya Rp. 15 ribu. Gila, di belantara Jakarta masih ada creambath seharga itu. Apa dia tidak rugi? At the end, creambath-ku justru digratiskan karena tarif untuk hair extension Intan sudah mahal.
No comments:
Post a Comment