Pergi ke Jakarta saat long weekend sangat menyenangkan. Jakarta sepi. Tidak ada kemacetan. Tidak ada gerombolan orang disana-sini. Benar-benar Jakarta kehilangan sejumlah besar manusia. Oh, pada kemana semua manusia itu? Jadinya, nyaman sekali.
Pergi ke Jakarta kali ini merupakan bagian dari janji yang aku tebar ke teman-teman di disana. Jika, in the middle of 2009, aku akan mengunjungi mereka. Selain, aku juga sudah kangen dengan mereka semua. Aku memang sedang butuh penyegaran.
Pesawat sempat delay 45 menit. Padahal, dari kantor sudah cepat-cepat menuju bandara. Lewat tol. Jam setengah satu sudah sampai bandara.
Jam 5 baru sampai Jakarta. Untung tidak perlu menunggu waktu lama bis jurusan blok M datang. Bis Damri bandara kelihatannya baru mengalami pergantian. Tidak lagi apek seperti biasanya. AC nya juga lumayan dingin. Tapi, tiketnya naik menjadiRp. 20 ribu. Sebelumnya Rp. 15 ribu. Karena jalanan tidak macet, hanya dibutuhkan waktu satu jam untuk sampai di Blok M. Tika sudah menunggu disana. Ketika pertama kali melihatku, dia bertanya dengan terkejut, "Mana barang bawaanmu?" Dia hanya melihatku membawa tas Adidas yang berisi laptop, dan tas kecil tempat sepatu warna merah yang biasanya aku isi perlengkapan fitness. "Ya ini bawaanku..." Dia geleng-geleng, "Wow, aku terkejut melihatnya.."
Dari blok M kita lansung ke Jatet (JakartaTheatre) seberang Sarinah. Tika ada acara disana, liputan acaranya LG Mobile. Dari blok M, kita cukup naik Trans Jakarta koridor 1. Setibanya disana, acara belum mulai. Awalnya, aku menolak ajakan Tika untuk ikut ke acara dia. Mending aku menunggu Wahyu dan Dicky di Oh La La Cafe di bawah. Tapi Tika insist. "Sudah, kamu ikut saja. Kamu makan saja dengan santai. Aku sudah bilang sama Reynaldi (PR LG), kalau aku akan bawa teman.." Jadinya, aku masuk ke dalam acara itu dengan name tag, MEDIA.
Ketika sampai di ballroom, Tika langsung mempersilahkan aku makan. Untung sekali aku tidak membawa banyak barang. Hanya dua tas kecil saja. Sehingga tidak perlu repot dengan membawa barang-barang. Karena Jakarta bukan lingkungan sosialku, aku tidak perlu berbasa-basi dengan banyak orang. Aku langsung mengambil piring untuk makan. Lalu, mencari tempat di pojok untuk makan. Jujur, aku lapar sekali. Kacang rebus yang aku beli di Blok M tidak cukup kenyang untuk mengganjal perutku.
Ketika aku sedang enak-enak menikmati makan, tiba-tiba seorang lelaki mendekatiku. Dan, bertanya kepadaku seperti layaknya seorang teman lama. Gayanya agak endang-bambang.
"Enak tidak nasi gorengnya?"tanyanya sambil menunjuk-nunjuk piringku. Seakan-akan dia mau mendaratkan sendoknya di piringku.
"Belum aku coba" Karena saat itu, aku baru mulai makan, dan baru mengunyah brokoli. "Bentar aku coba" Lalu aku coba nasi gorengku. "Enak. Lumayan. Saladmu bagaimana?" Dia sedang memakan salad.
"Eduuunnnnn...." jawabnya dengan manja. Aku melongo.
"Edun itu apaan sih?"
"Enak bangetttt...." jawabnya sambil mencolek-colek aku. Tika memandangku dari kejauhan. Dia juga agak mengkerut-kerutkan keningnya. "Eh, kamu dari media ya?"
"Ya, kamu?"
"Aku make up artis..." Aku mengangguk-angguk.
"Kamu belajar dimana?"
"Otodidak. Dulu, aku pernah ikut dalam pembuatan Sinetron Dewi Fortuna. Itu tuh, yang bintangnya Bella Saphira, Putri Patricia sama Didi Riyadi. Aku dulu mau ikut disana, karena aku tergila-gila dengan Didi Riyadi"
"Kalau sekarang?"
"Ah, sudah tidak lagi. Didi Riyadi mah sudah tuwir." jawabnya genit.
"Lalu, idolamu sekarang siapa? Dude?"
"Enggak..enggak mau sama Dude. Dude terlalu cewek" jawab lelaki itu sambil menggerak-gerakkan jari kelingkingnya. Lalu tertawa genit "Kalau aku sih suka Teuku Wisnu..." Aku jadi ingin tertawa yang keras.
Dari kejauhan Tika melihatku dengan heran. Ketika si cowok yang tidak pernah aku tahu namanya itu sedang pergi mengambil makanan lainnya, Tika mendekatiku dan bertanya,
"Siapa dia, Mon?"
"Katanya sih make up artist. Aku tidak tahu siapa namanya. Memang kenapa?"
"Aku pikir, dia teman lamamu...." Lalu, kita terkikik.
Ketika sedang asyik craving cakes, Wahyu menelpon. Dia sudah di Oh La La rupanya. Aku bilang sama Tika kalau aku turun dulu ke bawah. Ketika sampai di meja resepsionis, orang LG memanggilku.
"Mbak-nya mau kemana?"
"Ada telepon mendadak dari kantor. Kenapa Mbak?"
"Sebentar Mbak..." Katanya sambil merogoh-rogoh laci meja dia. Dia mencari-cari uang yang biasanya diberikan kepada media. Eh, ya ampun.
"Tidak usah, Mbak. Terima kasih. Ini saya harus buru-buru ke kantor"
"Kalau boleh tahu, Mbak-nya dari media apa?" Waduh, aku bingung harus jawab apa. Spontan aku jawab Indopost.
Si Mbaknya dengan pedenya bilang "Oh gantinya Mas Cep ya?"
"Ya" jawabku sambil lari dan tanpa pikir panjang.
Sementar aku turun, Wahyu sudah duduk di Oh La La dengan segelas susu dingin. Tidak lama kemudian Dicky sama Tika join. Cerita dan curhat-curhatan tambah seru. Tambah malam, Oh La La menjadi tambah aneh. Semakin banyak pria-pria dandy. Kami menghitung uang kecil kembalian. Jumlahnya mencapai Rp. 10 ribu. Ini terjadi, karena kami berkali-kali pesan makanan, dan berkali-kali mendapatkan uang kembalian kecil.
Kita berempat di cafe itu sampai over midnite. Benar kata Iit, kalau banyak orang ke Jakarta untuk belanja, aku ke Jakarta hanya untuk ketemu teman dan nongkrong di cafe. Semua orang memandang kami, dua orang lelaki dan dua orang perempuan. Suatu pemandangan yang agak janggal di Oh La La.
Jakarta yang panas tambah panas.
Pergi ke Jakarta kali ini merupakan bagian dari janji yang aku tebar ke teman-teman di disana. Jika, in the middle of 2009, aku akan mengunjungi mereka. Selain, aku juga sudah kangen dengan mereka semua. Aku memang sedang butuh penyegaran.
Pesawat sempat delay 45 menit. Padahal, dari kantor sudah cepat-cepat menuju bandara. Lewat tol. Jam setengah satu sudah sampai bandara.
Jam 5 baru sampai Jakarta. Untung tidak perlu menunggu waktu lama bis jurusan blok M datang. Bis Damri bandara kelihatannya baru mengalami pergantian. Tidak lagi apek seperti biasanya. AC nya juga lumayan dingin. Tapi, tiketnya naik menjadiRp. 20 ribu. Sebelumnya Rp. 15 ribu. Karena jalanan tidak macet, hanya dibutuhkan waktu satu jam untuk sampai di Blok M. Tika sudah menunggu disana. Ketika pertama kali melihatku, dia bertanya dengan terkejut, "Mana barang bawaanmu?" Dia hanya melihatku membawa tas Adidas yang berisi laptop, dan tas kecil tempat sepatu warna merah yang biasanya aku isi perlengkapan fitness. "Ya ini bawaanku..." Dia geleng-geleng, "Wow, aku terkejut melihatnya.."
Dari blok M kita lansung ke Jatet (JakartaTheatre) seberang Sarinah. Tika ada acara disana, liputan acaranya LG Mobile. Dari blok M, kita cukup naik Trans Jakarta koridor 1. Setibanya disana, acara belum mulai. Awalnya, aku menolak ajakan Tika untuk ikut ke acara dia. Mending aku menunggu Wahyu dan Dicky di Oh La La Cafe di bawah. Tapi Tika insist. "Sudah, kamu ikut saja. Kamu makan saja dengan santai. Aku sudah bilang sama Reynaldi (PR LG), kalau aku akan bawa teman.." Jadinya, aku masuk ke dalam acara itu dengan name tag, MEDIA.
Ketika sampai di ballroom, Tika langsung mempersilahkan aku makan. Untung sekali aku tidak membawa banyak barang. Hanya dua tas kecil saja. Sehingga tidak perlu repot dengan membawa barang-barang. Karena Jakarta bukan lingkungan sosialku, aku tidak perlu berbasa-basi dengan banyak orang. Aku langsung mengambil piring untuk makan. Lalu, mencari tempat di pojok untuk makan. Jujur, aku lapar sekali. Kacang rebus yang aku beli di Blok M tidak cukup kenyang untuk mengganjal perutku.
Ketika aku sedang enak-enak menikmati makan, tiba-tiba seorang lelaki mendekatiku. Dan, bertanya kepadaku seperti layaknya seorang teman lama. Gayanya agak endang-bambang.
"Enak tidak nasi gorengnya?"tanyanya sambil menunjuk-nunjuk piringku. Seakan-akan dia mau mendaratkan sendoknya di piringku.
"Belum aku coba" Karena saat itu, aku baru mulai makan, dan baru mengunyah brokoli. "Bentar aku coba" Lalu aku coba nasi gorengku. "Enak. Lumayan. Saladmu bagaimana?" Dia sedang memakan salad.
"Eduuunnnnn...." jawabnya dengan manja. Aku melongo.
"Edun itu apaan sih?"
"Enak bangetttt...." jawabnya sambil mencolek-colek aku. Tika memandangku dari kejauhan. Dia juga agak mengkerut-kerutkan keningnya. "Eh, kamu dari media ya?"
"Ya, kamu?"
"Aku make up artis..." Aku mengangguk-angguk.
"Kamu belajar dimana?"
"Otodidak. Dulu, aku pernah ikut dalam pembuatan Sinetron Dewi Fortuna. Itu tuh, yang bintangnya Bella Saphira, Putri Patricia sama Didi Riyadi. Aku dulu mau ikut disana, karena aku tergila-gila dengan Didi Riyadi"
"Kalau sekarang?"
"Ah, sudah tidak lagi. Didi Riyadi mah sudah tuwir." jawabnya genit.
"Lalu, idolamu sekarang siapa? Dude?"
"Enggak..enggak mau sama Dude. Dude terlalu cewek" jawab lelaki itu sambil menggerak-gerakkan jari kelingkingnya. Lalu tertawa genit "Kalau aku sih suka Teuku Wisnu..." Aku jadi ingin tertawa yang keras.
Dari kejauhan Tika melihatku dengan heran. Ketika si cowok yang tidak pernah aku tahu namanya itu sedang pergi mengambil makanan lainnya, Tika mendekatiku dan bertanya,
"Siapa dia, Mon?"
"Katanya sih make up artist. Aku tidak tahu siapa namanya. Memang kenapa?"
"Aku pikir, dia teman lamamu...." Lalu, kita terkikik.
Ketika sedang asyik craving cakes, Wahyu menelpon. Dia sudah di Oh La La rupanya. Aku bilang sama Tika kalau aku turun dulu ke bawah. Ketika sampai di meja resepsionis, orang LG memanggilku.
"Mbak-nya mau kemana?"
"Ada telepon mendadak dari kantor. Kenapa Mbak?"
"Sebentar Mbak..." Katanya sambil merogoh-rogoh laci meja dia. Dia mencari-cari uang yang biasanya diberikan kepada media. Eh, ya ampun.
"Tidak usah, Mbak. Terima kasih. Ini saya harus buru-buru ke kantor"
"Kalau boleh tahu, Mbak-nya dari media apa?" Waduh, aku bingung harus jawab apa. Spontan aku jawab Indopost.
Si Mbaknya dengan pedenya bilang "Oh gantinya Mas Cep ya?"
"Ya" jawabku sambil lari dan tanpa pikir panjang.
Sementar aku turun, Wahyu sudah duduk di Oh La La dengan segelas susu dingin. Tidak lama kemudian Dicky sama Tika join. Cerita dan curhat-curhatan tambah seru. Tambah malam, Oh La La menjadi tambah aneh. Semakin banyak pria-pria dandy. Kami menghitung uang kecil kembalian. Jumlahnya mencapai Rp. 10 ribu. Ini terjadi, karena kami berkali-kali pesan makanan, dan berkali-kali mendapatkan uang kembalian kecil.
Kita berempat di cafe itu sampai over midnite. Benar kata Iit, kalau banyak orang ke Jakarta untuk belanja, aku ke Jakarta hanya untuk ketemu teman dan nongkrong di cafe. Semua orang memandang kami, dua orang lelaki dan dua orang perempuan. Suatu pemandangan yang agak janggal di Oh La La.
Jakarta yang panas tambah panas.
No comments:
Post a Comment