Last night, I went online. Coincidentally, Bebe and Tika were online too. Sudah lama aku tidak online dengan mereka berdua. Bebe sedang menapaki kehidupan sebagai pelajar di Essex University (UK). Selain itu, ada perbedaan waktu tujuh jam. Tika sibuk dengan virtual farming-nya. Sepertinya dia online, tetapi tidak pernah membalas kalau disapa. Akhirnya, kita mengobrol tentang banyak hal. Biasalah, cewek pasti bergosip. Tentang kehidupan baru Bebe di Essex, tentang kuliahnya, tentang teman-teman di flat dia. Dan, tentu saja tentang siapa yang keren di kampusnya. Juga tentang
Delapan tahun yang lalu, aku mulai mengenal baik keduanya. Benecia Eriana Magno (Bebe) dan Kartika Candra (Tika). Mereka berdua bershio ayam dan aku bershio monyet. Artinya, aku yang tertua. Tika menjadi yang termuda, karena dia lahir di bulan Agustus dan Bebe lahir di bulan Januari.
Dari list banyak teman di dunia ini, mereka menempati list yang “paling yang dirindukan”.
Baiklah, aku mulai perjalanan dengan Bebe. Bebe adalah satu tahun lebih senior dibandingkan aku. Tetapi, dia lebih muda daripada aku. Pertemuanku dengan Bebe waktu itu di gazebo FISIP. Kalau tidak salah 2001. Ketika itu, dia baru saja kembali dari bangku kuliah paska referendum di Timor Leste. Dia memilih melanjutkan kuliahnya di Universitas Airlangga dibandingkan menjadi diplomat karier kala itu. Padahal, dia sudah terpilih dan siap-siap untuk ditempatkan. Bertahun kemudian, aku tanya alasan dia untuk memilih kembali ke Unair daripada menjadi diplomat, dan apakah dia tidak menyesal. Dia bilang tidak. Keinginannya waktu itu hanya melanjutkan kuliah. “Kalau aku tidak kembali ke kampus, aku
Sekarang dengan Tika. Kalau Bebe adalah kakak kelasku, Tika adalah adik kelasku. Kita mulai dekat pada 2002. Waktu itu, dia dan dua orang temannya sedang mempersiapkan makalah untuk dibawa ke pertemuan nasional. Seorang teman dan aku mereview tulisan mereka. Tapi sering aku coret disana dan disini plus omelan dari aku. Sok banget waktu itu, hehehe. Akhirnya, kita menjadi dekat juga, karena kita juga sama-sama tertarik dengan sastra! Tika punya catatan tersendiri bagaimana dia dekat dengan Bebe. Ketika kita mulai dekat itu, aku sudah agak jarang ke kampus. Lebih banyak diam di rumah dan mengerjakan skripsi, hehe.
Tapi, beberapa hal kemudian menyatukan kami. Sastra dan absurditas. Oh, betapa kami suka bekhayal (sampai sekarang ternyata masih suka ngayal juga). Kalau suatu sore kami minum teh dicampur madu, dan makan cookies buatan Mama Bebe, kita berpura-pura sedang ada di sebuah apartemen di Paris, dan memandang Sungai Seine. Sambil memandang Gereja Norte Dame. Kenapa Paris? Waktu itu, kita adalah pengagum Sarte dan Foucault… hahaha.
Kami bertiga, suka mengobrol masalah sastra, buku, politik, budaya, musik, dan tentu saja tentang lelaki. Ketika kami tidak terlalu bokek, kami paling suka makan sate dan gulai kambing di sebelah Apotik Kimia Farma di Jalan Darmawangsa. Sate dan gulai disana paling enak. Setelah makan sate dan gule, biasanya kami langsung kepanasan dan berkeringat.
Selama saling mengenal ini, kami mulai mengenal sifat masing-masing. Sifat yang baik atau yang buruk. Mereka berdua, sangat santai dalam segala hal. Sementara aku sering dianggap “serius” dan teratur. Pernah dalam suatu masa, kami janjian untuk nonton pertunjukan teater atau film, aku sudah lupa. Kami sepakat ketemu di kampus jam 18.30 di gazebo FISIP. Aku tunggu sampai dengan jam 19.00 mereka berdua belum muncul. Akhirnya, aku meninggalkan tempat itu, dengan ngamuk. Dalam perjalanan pulang, aku menemukan mereka sedang ngobrol dengan beberapa orang di warung kopi. Langsung saja, aku pilih ngacir dan tidak jadi nonton teater malam itu. Hehehe. Intinya, aku ngamuk. Mereka berdua kebingungan. Kalau dipikir-pikir, aku memang orang yang ngamukan. Semua kadang minta presisi dan tepat waktu, hehe. Seperti hidupku yang sangat teratur.
Tidak selamanya hubungan kami baik-baik saja. Sering kami berselisih paham dan “sedikit duel” seperti adegan terakhir Bebe dengan aku perkara “celana pendek” dan “hooker” di Pattaya. Semuanya berakhir juga dengan baik. Karena kita, mengatakan dengan apa adanya. Tidak perlu jaim. Karena itulah, kita bisa mengenal dengan lebih baik.
Kami juga sering tidak setuju dengan pilihan-pilihan hidup Tika. Atau beberapa keputusan Bebe. Atau kekeraskepalaanku dalam beberapa hal. Tapi, kita menghargai keputusan masing-masing orang. Kita hanya sahabat. Yang berusaha untuk saling mengingatkan. Pasti ada ketika kita saling dibutuhkan. Kami juga tidak berkomunikasi dengan intens. Tidak setiap hari harus kotak mereka dan mengetahui mereka sedang melakukan apa. Bagi kami, yang terpenting, kami selalu ada satu sama lain. Bisa saling melengkapi. Lalu, kita kembali pada kehidupan masing-masing. Bebe dengan kehidupan barunya di Essex. Tika bergulat dengan
PS: posting ke-100
1 comment:
Tau nggak apa artinya BEBE? Dalam bahas Tetun itu artinya Bayi atau Balita...wkekek. Lucu dech...
Post a Comment