Friday 9 January 2009

Impulsif

Saya jadi sangat impulsif kalau lihat SEPATU, BUKU sama CD atau DVD film romantis! Biarpun, sebelumnya saya bersumpah-sumpah dalam hati, tidak akan membeli barang-barang itu lagi.

Di "apartemen" tercinta saya, rak belakang sudah penuh dengan sepatu. Ada sekitar 20-an. Sudah tidak muat kalau saya nambah satu pasang lagi. Begitu pula dengan buku. Rak-rak buku saya sudah penuh semuanya dengan buku.... Tidak ada lagi tersisa ruang. Sudah menumpuk disana-sini. Malah ada dalam satu rak saya tumpuk-tumpuk dua larik. Sangking tidak cukupnya. Buku saya tidak banyak. Juga bukan buku serius. Hanya beberapa novel saja, dan beberapa majalah kuno. Hal sama terjadi sama CD dan DVD romantis, rak kaca saya juga sudah penuh.....

Dengan alasan penuh, tidak muat dan tidak terlalu butuh, sebenarnya bisa menghentikan sifat impulsif saya.

Tapi ah tidak... Air ludah saya selalu mengucur kalau liat sepatu oke. Meskipun, saya tahu, sudah cukup sepatu. Seperti kemarin waktu ke DC. Saya beli dua pasang sepatu. Alasan yang saya pakai: sepatu boot saya kapot atau rusak. Sobek-sobek. Alasan keduanya, di Indonesia susah cari sepatu seperti karakter saya, hehehehehe. Model sekarang kurang ada yang maskulin. Bolong-bolong bagian depannya. Tidak bisa pakai kaos kaki.

Itu impulsif saya... Sering tidak berpikir kalau melihat barang-barang itu. Nafsu saya terlalu besar, mungkin.

Nah,kalau teman saya si J itu, impulsif untuk menjadi orang yang sangat baik. Dia pelit sama diri sendiri. Tapi kalau jatuh cinta sama lelaki, dia akan selalu ngasih kado sama si lelaki itu. Bahkan ibu sama kakak perempuan si cowok dikasih juga.. Si lelaki, santai-santai saja... Bahkan ketika kita jalan ke Sing sama MY, si teman saya kebingungan nyari oleh-oleh buat lelaki itu.....

Ada lagi si G, dia itu impulsif untuk belajar hal-hal baru. Seperti: bikin kue, bikin seprei, rias kecantikan, ngedit foto, dan banyak hal lainnya deh... Tapi, seringkali berhenti di tengah jalan.. Katanya, "Ahh..aku hanya ingin tahu saja..."

hehehehe...lucu juga. Pada umumnya orang itu memang impulsif. Dan, selalu cari alasan untuk bilang tidak...

Monday 5 January 2009

Ciri Orang Indonesia

Ya Ampun, bukan aku berniat rasis. Tapi, kadang juga ingin juga otokritik terhadap diri sendiri.Sumpah, kalau dipikir-pikir orang Indonesia itu lucu sekali.

Nah, ini beberapa ciri orang Indonesia:
Pertama, kalau jalan lambat. Tidak tahu mengapa orang Indonesia jalannya bisa lambat sekali. Banyak contoh di sekitarku. Ibuku sendiri adalah contoh konkrit. Juga Bulik Surip. Kalau teman-temanku, tidak saja jalannya lambat,tapi malas jalan. Soalnya panas. Jadi, kalau ngemall, paling benci kalau disuruh ke PTC. Parkirnya jauh, hehehehe. Kata T di blog-nya, bagaimana cara mencari orang Indonesia di tengah keramaian, ya cari saja yang jalannya paling lambat. hehehehe. Jadi ingat diri sendiri yang berjalan terseok-seok di DC. Berusaha mengejar bule-bule yang jalannya kayak dikejar maling.

Kedua, kalau tidak makan nasi, rasanya seperti belum makan. Tidak tahu, ini kapan bermulanya. Dulu, waktu aku masih kecil, kita juga sering makan jagung dan tidak masalah ya. Mungkin, ini pengaruh buruk buku-buku pelajaran. Kalau kita harus makan nasi tiga kali sehari, dan nasi itu adalah "bukti" status kalau beberapa dekade yang lalu kalau orang yang makan nasi itu sejahtera dibandingkan dengan yang makan jagung atau bahan makanan yang lainnya. Akibatnya, kita kelimpungan kalau ada krisis beras. Hasilnya, kita harus impor beras untuk memberi makan pada 250 juta penduduk yang makan nasi tiga kali sehari. Akibatnya lagi, orang Indonesia sekarang banyak yang terkena diabet.

Ketiga, kardus. Paling suka bepergian dengan menggunakan kardus. Tidak tahu kenapa ya????/

Keempat, suka sekali bergosip. Hmmm...kenapa ya? kalau ibu-ibu, gosipnya di depan rumah waktu belanja di mlijo atau waktu mencari kutu. Kalau bapak-bapaknya di warung kopi. Kalau anak-anaknya, kalau tidak di mall ya di cafe atau di dunia maya.

Lainnya...wakakakaka...masih banyak deh. Sementara, itu saja dulu.

Traveling dan Pijat

Ritual yang harus dilakukan paska traveling adalah pijat. Rasanya, tubuh remek, capek dan loyo tidak akan sembuh sebelum disentuh tangan tukang pijat. Nah, Indonesia sekali bukan?

Ketika tubuh kita disentuh oleh tukang pijat, rasanya seperti kita menyerahkan hidup kita sepenuhnya pada tukang pijat. Untuk membuat otot-otot kita yang kaku karena membawa ransel dan perjalanan tanpa henti menjadi kembali lemas, dan bisa kembali tidur dengan nyenyak.

Capek yang berlebih dan bercampur masuk angin, dapat membuat nafas sakit sekali.

Kadang, pijat ketika kita jalan akan memangkas budget untuk yang lainnya. Karena di LN biasanya pijat lebih mahal. Waktu 2006 saja, ketika sempat cari tukang pijat di Lucky Plaza, tarifnya lebih dari SGD 30 untuk 15 menit saja. Waduh, siapa yang mau. Di negeri kita tercinta, tarif untuk pijet refleksi langgananku, Shin Chung Kok saja kalau itu hanya Rp. 35 ribu per jam. Dan, tukang pijat tunanetra yang kelak di kemudian hari aku temukan, tarifnya hanya Rp. 25 ribu selama 1,5 jam! Puas, seluruh badan lagi.

Langgananku pijet memang ada dua. Pertama, di pijet refleksi. Terus di tukang pijet tunanetra di belakang kantor yang suka sekali nonton (mendengarkan) sinetron!

Yang paling update masalah perpijetan terjadi minggu yang lalu. Karena perjalanan 20 jam non stop (stop cuman ganti pesawat doang), dari Detroit ke Bangkok, membuat leher belakangku kaku banget (tidur terus sih), terus persendian di punggung rasanya nyeri sekali. Bahkan terasa sampai di pangkal otak dan kepala. Itu aku alami selama beberapa hari. Seharusnya, sehari setelah aku landing aku pergi pijet. Tapi, karena kalah dengan rasa kantuk, akhirnya kubatalkan saja. Padahal, besoknya sudah harus balik kantor dan Sabtu ada tes.

Tubuh rasanya loyo sekali. Mata merah. Tapi, aku paksa saja pergi fitness. Dengan pertimbangan, kadang fitness membantu mengurangi rasa capek (eeittt...tapi tidak fatique ternyata!). Tetap saja tidak sembuh.

Hari Minggu, ketika rumah sedang diperbaiki dan hadir di acara temu alumni FE (duh, padahal aku bukan alumni FE), jadinya karena merasa salah tempat dan rasa capek tak terperikan, aku telpon tukang pijat tunanetra langgananku. Dia ternyata lagi ada order. Wah kemana nih? Ke tukang pijet refeksi, aku agak kapok karna tempo hari pernah dikasih tukang pijat yang tidak enak. Tapi, aku tidak bisa ngomel karena melihat tampang tukang pijatnya yang melas.

Lalu, aku bilang pada resepsionis aku mau tukang pijat yang enak. Dikasihlah yang namanya Nata. Anaknya kecil. Tapi pijatnya enak.....Tahu tidak, dia sampai berkeringat-keringat memijatku. Katanya, "Wah, parah sekali Mbak capeknya. lehernya kok sampai kaku begini. Aku sampai ngeden-ngeden, Mbak!" Dan, tak kalah sensasionalnya, aku menjerit-jerit di tempat pijat! Padahal, tak biasanya aku menjerit-jerit. Biasanya, aku senang dan santai saja. Sakitnya sih biasa dan standar. Yeah..seperti pepatah di tempat pijat itu, Sengsara Membawa Nikmat! Sengasara waktu dipijat, tapi nikmat setelahnya. Nikmat tidur yang utama. Ketika kita menjerit, tukang pijat akan dengan senangnya memandang wajah kita yang kesakitan. Duh, sadis benar............Tapi setelahnya, memang aku dapatkan kenikmatan itu............

Friday 2 January 2009

Mengunjungi Museum Smithsonian dan Madame Tussauds di Washington DC



Berkunjung ke Washington DC tidak lengkap tanpa mampir ke museum yang jumlahnya mencapai puluhan di sana. Berkat manajemen yang profesional, serta kemasan dan koleksi yang menarik, museum-museum itu tetap menarik dinikmati.
MESKI saat ini sedang musim dingin, cuaca di Washington DC kadang sangat bersahabat. Seperti pada akhir pekan itu (12/12) warna biru terlukis di langit dengan sempurna. Tak heran, warga kota yang didesain Pierre Charles L’Enfant, arsitek berdarah Prancis, memanfaatkan liburan dengan datang ke Smithsonian, kompleks museum terluas di ibu kota Amerika Serikat. Total terdapat 19 museum, sembilan pusat penelitian,
dan National Zoo yang bernaung di bawah The Smithsonian Institution.

Museum yang dikelola lembaga itu, antara lain Air and Space Museum, American History Museum, Freer and Sackler Gallery, Natural History Museum, dan tentu saja The Smithsonian Castle. Dari 19 museum itu, 10 museum berjajar di sepanjang National Mall. Termasuk kastil Smithsonian. Jumlah keseluruhan museum Smithsonian di Washington DC ada 16 buah. Dua museum lagi berada di New York dan satu museum di Chantilly, Virginia.

Karena banyaknya museum yang bernaung di bawah Smithsonian Institution, orang
biasanya cukup menyebut Museum Smithsonian. Saat ini tak kurang 136 juta koleksi
dimiliki oleh Smithsonian. Smithsonian Institute disahkan oleh Kongres
pada 1846 di sebidang tanah milik James Smithson, seorang ilmuwan Inggris (1765-
1829). Smithson sendiri tidak pernah berkunjung ke Amerika Serikat. Tanah ini pada
awalnya dikelola oleh keponakannya, Henry James Hungeford. Ketika sang keponakan
meninggal tanpa keturunan pada 1835, tanah itu dihibahkan (lewat wasiat Smithson)
kepada pemerintah AS. Smithson ingin lahan itu dipakai untuk meningkatkan penyebaran
ilmu pengetahuan.

Sebagai kompleks museum yang dikelola oleh pemerintah, dua pertiga orang dari 6.300
karyawan di sana merupakan pegawai pemerintah federal. Untuk masuk ke museum,
pengunjung tidak dipungut satu sen pun. Hanya saja harus melewati pemeriksaan
metal detector dan scan di pintu masuk oleh petugas keamanan.

Bersama seorang teman dari Jakarta, saya masuk ke Air and Space Museum. Setelah selesai melalui metal detector, kami pun melenggang masuk area museum. Belum 10
meter kami berjalan, petugas memanggil kami kembali. Ada barang yang mencurigakan
di dalam tas besar kami. Kami sempat keder. Sebab, di depan kami
berdiri lima orang petugas keamanan keturunan Afro-Amerika yang bertubuh tinggi
besar. ”Tidak perlu takut!” kata seorang petugas yang melihat kecemasan di wajah kami.

Tas kami lalu dimasukkan ke dalam peralatan pemindai lagi. Rupanya, barang di
dalam tas kami yang dianggap ”mencurigakan” itu adalah gantungan kunci stainless
dan magnet kulkas!

Dari 10 museum di National Mall, museum Air and Space adalah yang paling terkenal.
Selain letaknya paling dekat dengan Gedung Capitol, museum berlantai dua ini memiliki
koleksi pesawat udara dan pesawat ruang angkasa yang lengkap. Di ruang pamer terdapat
berbagai macam prototipe pesawat, seperti Douglas DC 3, Roket V-2, dan rudal.
Juga terdapat ruangan-ruangan dengan tema tertentu, seperti Wright Bersaudara. Di
dalam ruangan ini bisa dilihat bagaimana Oliver dan Wilbur Wright melakukan percobaan
untuk menemukan pesawat terbang. Dipamerkan juga kapsul yang digunakan untuk
melakukan pendaratan di bulan.

Tidak sulit untuk mencapai Museum Smithsonian. Tiga stasiun metro, yakni Smithsonian,
L’Enfant Plaza, dan Federal Centre SW, berdekatan dengan kompleks tersebut. Kalau
ingin mengunjungi Kastil Smithsonian atau National Museum of Natural History, maka
bisa naik metro jalur biru atau oranye dan turun di stasiun Smithsonian. Sedangkan, untuk berkunjung ke Air and Space Museum, bisa turun di stasiun L’Enfant. Stasiun ini dilewati empat jalur metro sekaligus: oranye,
biru, kuning dan hijau.

Semua lokasi museum ini juga bisa ditempuh dengan menggunakan tur bus double decker
(susun) yang dikenal dengan nama ”Washington DC Open Top Sightseeing”. Smithsonian
menjadi salah satu tujuan tur bus yang memiliki 25 tempat pemberhentian ini. Para
penumpang bisa melihat lokasi-lokasi bersejarah baik dari dalam (hop on) dari atap
bus (hop off). Naik ke atap adalah pilihan yang paling menyenangkan karena bisa melihat kota Washington. Tapi, bisa menjadi pilihan yang buruk saat musim dingin. Angin kencang dan hawa dingin bisa membuat masuk angin!.

Dengan merogoh kocek senilai USD 32 (sekitar Rp 350 ribu), selama dua hari berturutturut kita bisa memanfaatkan bus ini untuk mengujungi lokasi-lokasi bersejarah di Washington DC. Tiket bus ini bisa didapatkan di hotel-hotel ataupun bisa membeli langsung di atas bus. ”Ikut tur bus merupakan cara praktis
untuk cepat mengenal Washington DC” ujar Lidia, salah satu resepsionis di Hotel
Churchill, tempat kami menginap.

Selain Smithsonian yang dikelola oleh pemerintah, di Washington DC juga terdapat
museum yang dikelola oleh swasta. Museum Madame Tussauds salah satunya. Tidak sulit
untuk menemukan lokasi museum lilin ini. Letaknya hanya satu blok dari stasiun Metro
Centre. Menempati tempat di pojok F St North West, bangunan ini cukup mencolok karena
dicat dengan warna merah.

Museum Madame Tussauds merupakan salah satu museum yang dikelola oleh swasta. Pada Mei 2007, museum ini telah diakusisi oleh Merlin Entertainment dari The Tussauds Group. Selain berlokasi di kota ini, di AS terdapat tiga lokasi lainnya. Yaitu New York City, Las Vegas, dan Los Angeles-Hollywood.

Museum Madame Tussauds kali pertama didirikan oleh pematung lilin kelahiran Austria, Marie Tussauds pada 1831 di Baker Street London. Museum lilin ini kemudian menyebar ke kotakota lainnya di dunia seperti Amsterdam (Belanda), Shanghai (Tiongkok), dan Hongkong. Keunggulan museum Madame Tussauds di Washington DC ini terletak pada penekanan unsur sejarah Amerika Serikat, dengan dipamerkannya patung presiden-presiden Amerika Serikat dan tokoh-tokoh terkenal disana.

Menjelang 200 tahun peringatan kelahiran Abraham Lincoln (Lincoln Bicentennial)
pada 12 Februari 2009, biaya masuk ke museum ini turun dari USD 18 menjadi USD
10. Pengumuman penurunan tarif ini dipasang dalam banner di depan kasir. Untuk menyemarakkan acara ini juga, di dekat pintu keluar (exit), terdapat patung Abraham Lincoln sedang duduk di sebuah kursi.

Penataan ruang museum ini cukup menarik. Untuk pintu masuk dan pintu keluar terletak
di lantai 1. Sedangkan untuk ruang pamer terletak di ruang bawah tanah (basement).
Ruang pamer ini terbagi dalam 10 seksi. Masing-masing seksi didasarkan pada tema
tertentu. Misalnya di dalam seksi ”Founding Fathers” (para bapak bangsa) terdapat patung lilin presiden-presiden Amerika Serikat yang dianggap sebagai bapak bangsa karena mampu mengubah sejarah.

Sejarah perjuangan orang kulit hitam di Amerika dalam memperjuangkan kesamaan
hak menempati satu ruangan tersediri, ”Civil Rights”. Di ruangan ini, terdapat patung lilin tokoh-tokoh terkenal kulit hitam seperti Martin
Luther King Jr. dan Rosa Parks. Menariknya, ruangan ini tidak saja menampilkan
patung lilin para tokoh tersebut. Tetapi terdapat ”perlengkapan” momen perjuangan
mereka. Misalnya saja, di samping patung Martin Luther King Jr. ini terdapat
podium. Di dalam podium ini terdapat naskah pidato King yang terkenal I Have A Dream.
Di belakang podium juga terdapat layar besar yang menggambarkan momen King saat
March on Washington for Jobs and Freedom pada 1963 di Lincoln Memoriam. Lengkap
dengan hiruk pikuk teriakan massa.

Ruangan yang paling banyak menarik minat para pengunjung adalah ”The Presidents”
dan ”Behind the Scenes.” Di ”Presidents”, terdapat lukisan semua presiden Amerika Serikat. Tidak semua patung presiden ada di ruangan ini. Meskipun belum disahkan, patung presiden terpilih Barack Obama ada di dalam ruangan ini. Banyak pengunjung yang berfoto dengan patung presiden ke-44 ini.

Patung-patung selebriti Hollywood terkenal seperti Johnny Depp, Tom Cruise, Morgan
Freeman, Jennifer Lopez, Will Smith, Julia Roberts dan lain-lain bisa dinikmati di ”Behind the Scenes”.

Museum ini tidak saja menampilkan patungpatung lilin tokoh-tokoh terkenal di bidangnya, tetapi juga dipertunjukkan proses waxing(pembuatan patung lilin). Pengunjung bisa mencoba untuk membuat dirinya abadi dalam patung lilin. Seorang petugas akan membantu pengunjung untuk melakukan waxing.

Yang tidak kalah menarik dari museum adalah toiletnya. Selain diwarnai merah, masing-masing bilik toilet diberi nama. Misalnya, ada toilet First Lady, Politician, Actress, maupun TV Star. Bagi pengunjung yang ingin merasakan bagaimana ”istimewanya” jamban milik istri presiden AS, mereka bisa mencoba toilet First Lady.

Dimuat di harian Jawa Pos, 27 Desember 2008, setelah melalui proses editing

Kenapa Liburan Selalu Menyenangkan?????



Tidak tahu kenapa, liburan selalu saja menyenangkan. Selalu penuh dengan tawa. Meski, kadang diwarnai dengan sedikit berantem! Tapi, akhirnya kembali lagi. Happy Ending!

Kemarin-kemarin tidak kepikiran. Baru, ketika New Year Eve, ketika hanya berbaring di rumah sambil menyelesaikan Travel Tale's "Prague", terasa sekali kosongnya. Duh, New Eve, hanya berada di atas tempat tidur. Membaca, dan mendengarkan Joni Mitchell melantukan Both Sides..

Kontan saja aku putar video di HP waktu New Year Eve's 2007 di Marina Bay. Kembang api. Teriakan orang-orang India di belakang kami, dengan bahasa Inggris noraknya. Suara MC. Suara musik. Dan, tentu saja, suara teriakan kami. Ah, betapa ramainya saat itu. Ah, bukannya hura-hura sih, tapi setidaknya banyak orang di sekitar kita.

Tidak jauh dari Marina Bay, di Esplanade Park, ada taman besar dan ada musik. Hiruk pikuk. Tapi, aku begitu merasakan dekat dengan Tuhan (Wuiihh...Tuhan ternyata bisa ditemukan dimana-mana. Bahkan dalam kondisi hedon, dan hiruk pikuk musik punk). Terus berjalan ke NSS di Bugis. Lalu, minum teh kotak di taman lantai 4. Terus, besoknya masuk anginn!!! Hoek...hoeeekkk...hoeekkk...!!! kerokan dehhh!!@@!

Gila Makanan Organik


Orang US kayaknya lagi demam makanan organik. Coba, datang saja ke flea market. Pasti banyak yang jualan buah dan sayuran organik. Di warung China, North Sea di Adam Morgan, tempat kita biasa makan, di brosunya juga menuliskan kalau makanan mereka adalah organik. Terus juga, di serbet (tissu) di sekolah, ditulisin Organic Ready to Go. Mereka tidak saja produksi muffin dan pastry, tapi produksi juga air mineral.

Sekarang ini, orang Amerika demam makanan itu, apa untuk mengimbangi cara makan mereka yang ugal-ugalan dan gak sehat itu ya? Aku baru ngeh, kenapa orang Amerika itu banyak yang obesitas. Satu porsi makanan mereka, bagi kita orang Indonesia cukup makan dua kali untuk laki-laki, dan tiga kali untuk perempuan. Belum lagi mereka tambah dengan coke. Si karbohidrat kosong itu..... Mereka minum tidak hanya satu, tapi dua!

Karena itu, mereka banyak sekali yang kegemukan.....Kalau yang kita lihat di Hollywood tentang orang-orang seksi itu, ahhh..itu hanya sebagian saja.

Made In USA?

Kenalan saya bilang, "Bawakah aku gantungan kunci. Aku gak mau yang made in China. Aku mau yang made in USA"

What??? Terlepas dari apa nanti saya belikan atau tidak permintaan kenalan saya tadi, saya jadi penasaran juga. Masa sekarang di Amerika Serikat sudah jarang atau sulit didapatkan barang-barang buatan Amerika Serikat. Terutama untuk gantungan kunci dan magnit kulkas yang sudah kebanjiran produk China.

Di satu hari free, setelah sekolah, saya coba keliling souvenir di daerah dekat stasiun Metro Centre. Ada beberapa toko souvenir disana. Ada beberapa gantungan kunci oke, lalu aku tanya sama penjaganya. "Buatan Amerika?" Lalu, dia mengecek dengan kacamata pembesarnya. "Sepertinya bukan. Apa kamu hanya cari barang buatan Amerika?"
"Tidak juga." Jawab saya. "Hanya penasaran"

Alhasil, saya memang tidak menemukan barang (gantungan kunci) buatan Amerika. Yang aku temukan buatan Amerika Serikat, hanya buku agenda, yang aku beli USD 14. Warnanya merah dan bagus. Bahannya dari suede. Nah, kalau mungkin aku ketemu barang made in USA, gantungan kunci, maksudnya, harganya pasti mahal. Paling murah mungkin USD 10. Dan, kalau harga segitu, mana mungkin saya belikan kenalan saya itu...

Hmmm...kalau kita perhatikan semua toko suvenir, memang semua toko dibanjiri oleh produk-produk China. Ah, jadi ingat novel siapa itu, kalau di USA sekarang ini sudah tidak barang yang tidak ada made in China-nya. Mulai dari mur sampai dengan produk-produk elektronik. Lha iya, orang Macbook Apple saja, sekarang sudah manufakturnya di China.....