Thursday 25 June 2009

Sakit

Tiga hari kemarin, saya terkapar sakit. Dua hari sakit ketika saya di lapangan. Benar-benar tidak mengenakkan memang. Di saat harus bekerja dengan menyenangkan, saya justru terkapar di rumah teman, dan di mobil. Dan, kemarin, sehari penuh saya tidur di rumah.

Ketika sakit, saya jadi berpikir. Tubuh memang punya logika sendiri. Dia memang sudah payah untuk menerima impuls-impuls dari hasrat kita. Tapi, ternyata tubuh memang sudah tidak kuat lagi.

Berbagai cara sudah saya lakukan untuk "mencegah" sakit datang. Mulai rajin olahraga, sampai rutin ke tukang pijat dan mencoba tidur teratur. Sebelum akhirnya diserang masuk angin hebat itu, saya merasa baik-baik saja. Mengerjakan dua deadline dengan tanpa tekanan, dan bisa selesai semua dalam waktu yang ditentukan.

Hanya saja, saya minum kopi terlalu banyak.

Saya tidak menyalahkan kopi. Memang, sudah waktunya saya berempati dengan tubuh saya.

Ketika kita masih kecil, sakit menjadi moment bagi kita untuk beranjak menjadi dewasa. Sekarang, sakit, adalah moment kita untuk merenung.

Friday 12 June 2009

Titik Nol

Teman, kadang saya menemukan Tuhan seringkali ketika traveling. Ketika saya secara langsung bersentuhan dengan semua ciptaan-Nya.

Dulu, ketika lima tahun yang lalu saya ke Lombok, saya menemukan "Tuhan" dari atas sebuah bukit di Sekotong. Saya naik ke atas bukit itu, lalu saya melihat ke sekeliling. Di hadapan saya adalah laut biru yang maha luas. Luas sekali. Sepanjang mata saya memandang, disana adalah laut. Dan, di satu horizon, laut dan langit bertemu. Dari sini pula, saya melihat Pulau Bali di Kejauhan. Tuhan benar-benar Maha Besar.

Ketika saya menghabiskan New Year's Eve in Marina Bay, saya menemukan Tuhan diantara gempitanya musik funk dan orang berteriak merayakan Tahun Baru, aku memang merasakan hatiku membuncah. Bukan membuncah seperti orang yang sakau...tapi, rasanya seperti Overwhelmed. Hatiku penuh...sehingga saya tidak lagi mendengarkan suara musik yang gegap gempita. Hanya ada sunyi dan kosong.

Aku juga merasakan hal yang sama, ketika sebuah pelangi indah menghias Taman Tjatutjak pada satu sore. Muncul dengan tiba-tiba. Tuhan, indah sekaliii... Sudah lama saya tidak melihat pelangi. Dulu ketika di desa, pelangi muncul ketika hujan dan kemudian matahari muncul. MEJIKU HIBINIU.

Dan....saya banyak menemukan titik nol saya, ketika saya sedang melakukan perjalanan. Tuhan memang ada dimana-mana.

Thursday 11 June 2009

Seperti Kode Telepon di Kantor

Beberapa hari yang aku, ketika aku sedang sholat Ashar, tiba-tiba saja aku lupa bacaan waktu atakhiyat akhir. Tiba-tiba saja, pikiranku kosong. Aku tidak bisa mengingatnya, apalagi mengucapkannya. Lama sekali aku berpikir, apa bacaannya. Tidak bisa mengingatnya juga.

Harusnya, ketika aku melakukannya tiap hari, aku bisa mengingatnya dengan baik.

Sholat, karena telah menjadi kebiasaan yang dilakukan, menjadikan syaraf kita tahu dengan sendirinya. Tanpa kita harus mengingatnya. Tubuh kita tahu, pada saat gerakan ini, maka doa ini yang dibaca. Tanpa kita memerintahpun, otak sudah tahu dengan sendirinya. Tidak tahu, sore itu tiba-tiba saja aku ingin sholat khusyuk. Dengan berusaha menjiwai setiap kalimat. Di akhir, aku melupakannya.

Ini, sama saja dengan kode telepon yang ada di kantorku. Kalau kita mau melakukan panggilan keluar, kita harus memencet kode tertentu terlebih dahulu. Tanganku, hapal sekali. Tanpa aku harus mengingat nomornya. Tapi, ketika teman bertanya, "berapa kode password?" Aku pasti lupa, dan tidak bisa menjawabnya. Aku selalu bilang: "Sini, biar aku pencet, kamu tulis sendiri kodenya, sesuai dengan kemana jariku memencet kodenya..." Selalu begitu.

Aku belajar sholat ketika aku masih belum baligh. Di masjid kampung secara beramai-ramai. Dulu belajar sholatnya tiap malam Senin. Kita sholat ramai-ramai, ada yang menjadi imam. Ya, ustadz nya yang menjadi imam.

Sembari belajar, langsung menerapakannya. Dan, waktu itu, kita belajar sholat, karena menghapalkan bacaannya, bukan memahaminya. Hihihi..ketika masih kecil, tidak mungkin aku belajar memahaminya kalimat-kalimat Bahasa Arab. Sampai sekarangpun masih menghapalkannya. Pendidikan kita, baik agama ataupun umum, selalu menekankan pada hapal dan tidak hapal.....

Yeah, syukurlah... pada akhirnya aku sudah ingat....

*Jadi kepikiran buku panduan sholat...*

Bangkok Gourmet

Makanan adalah salah satu faktor yang membuat saya sangat kerasan di Bangkok. Ada tiga rasa yang dominan dalam masakan Thailand; asam, pedas dan manis. Rasa asam, pedas dan manis ini yang paling nyata bisa dirasakan pada sup Tom Yam Seafood. Sup ini bumbunya terdiri dari kaldu ayam, seafood (biasanya udang dan cumi-cumi), cabe besar dan kecil, daun serai, lengkuas, daun jeruk nipis dan jeruk nipis, berbagai macam jenis sayur (wortel, kubis, dan bunga koal), dan tentu saja tomat buah yang besar-besar. Ini saja bahan pembuat Tom Yam. Tapi, kalau ada yang belum puas, bisa saja menambahkan bihun pada adonannnya.

Karena rasanya yang khas Thai, Tom Yam Seafood menjadi maakanan yang mendunia. Kalau orang makan Tom Yam, pasti akan teringat Thailand. Meskipun masih banyak lagi makanan lainnya. Ada Suki, Sticky Rice (ketan durian) ataupun juice buah-buahan segar. Makanan berat akan didominasi oleh makanan yang berbahan dasar mie-mie-an yang disebut pathay. Akan juga ditambahkan kecambah ke dalam masakan. Kalau makanan ringan, ada berbagai macam jenis tempura, sosis, wafel, juice-juice buah segar, bahkan buah segar sekalian yang dimasukkan ke dalam plastik. Yang paling menjamur adalah pedagang juice buah-buahan. Dimana-mana orang menjajakan juice buah asli. Kalau haus, tinggal merogoh uang 20 bath, dan akan medapatkan juice yang benar-benar asli. Entah berapa banyak saya konsumsi juice per hari. Hanya juice..juice..juice. Ini yang membuat saya semakin suka dengan Thailand.

Pada umumnya, makanan kaki lima di Thailand tidak mengecewakan. Seperti wafel yang pernah saya beli di dekat Universitas Tammasat seharga 20 bath. Wafel tidak saja murni wafel, tapi ada isinya. Ada yang isinya pisang, strawberry, bahkan daging babi. Saya mencoba yang isinya pisang. Rasanya tidak kalah dengan wafel Shangri-La Surabaya atau wafel buatan Gelare Gelato. Satu lagi, makanan kelas kaki lima yang enak. Es krim buah-buahan. Ada rasa durian, pandan, taro, jeruk, dan sebagainya. Harganya juga murah, 15 bath. Tapi, rasanya selangit. Di Thailand, saya baru menemukan di satu tempat. Di Suan Lum Night Bazaar. Tempatnya di dekat lapangan, dekat Toko Madam penjual snacks.

Selain makanan Thai asli, dengan mudah akan dijumpai masakan dari belahan dunia lainnya. Terutama masakan-masakan India dan Arab. Hampir di setiap sudut, ada saja warung Arab atau India yang menyediakan makanan yang kaya rempah seperti roti phrata bersama dengan gulai kacang hijau (dal), plain rice (bukan nasi putih), nasi biriyani, ayam Thanduri, ayam masak masala, gulai lembu muda, berbagai jenis kari daging, dan sebagainya. Apalagi kalau pergi ke plaza. Disana akan terdapat lebih banyak makanan gourmet Internasional. Kami pernah mencoba makanan Portugis. Piri-Piri Chicken di Siam Discovery. Roasted Chicken-nya enak sekali. Harganya juga tidak terlalu mahal. Untuk dada, mereka mematok harga 90 bath, separo badan hanya 120 bath dan seekor penuh hanya 160 bath. Kata Bebe, ini adalah masakan Portugis. Piri-Piri sendiri berarti pedas. Dan, benar, ayamnya dimasak pedas. Meskipun saya tidak mencoba piri-piri chicken. Saya mencoba menu yang lainnya: roasted herbal lemon chicken. Jadi, dada ayam dimasak di dalam oven, dengan bumbu herbal, dan diatasnya dikasih perasan jeruk nipis. Makanannya pakai saus pedas Portugis. Rasanya, enak sekali. Meskipun hanya makan dada ayam, rasanya kenyang sekali. Khas sekali dengan makanan-makanan daerah Mediterania, yang berpengang teguh pada oven dan bumbu-bumbu herbal. Atau kucuran minyak zaitun. Hmmm..lezat sekaliii...


Coffee House of Phoenam

Tiga kali ke Makassar, baru ingat kalau warung kopi Phoenam itu ada di kota ini. Seingatku, aku di Medan. Itupun diingatkan oleh Mbak Sinta waktu secara kebetulan ketemu di dunia chatting.

Aku ingat, dari dulu kala aku ingin ke Makassar dan merasakan enaknya kopi Phoenam. Sebagai makanannya adalah Roti Kayya. Artinya, roti bakar yang diolesi dengan selai kayya. Rasa yang benar-benar khas Tionghoa. Kebiasaan minum kopi dan sarapan roti kayya itu tidak saja ada di Makassar, akan tetapi Tionghoa di Medan, di Singapore dan di Malaysia. Kalau sarapan pagi, biasanya disediakan juga telor ayam setengah matang, dan makannya ditaburi dengan merica.

Ohya, kembali ke kopi Phoenam. Kalau tidak salah, ada beberapa warung kopi Phoenam. Ada yang di Jalan Jampea, di Pecinan, lalu di belakang hotel Blouvard Panakukang, dan satunya di mall Panakukang. Yang pertama ada di Jalan Jampea. Kopi Phoenam, konon didirikan pada 1946. Jadi, setahun sejak Indonesia merdeka. Karena di Jampea ini adalah pusatnya, di sini kita bisa membeli racikan kopi yang telah ditumbuk, teh, atau bahkan beli selai kaya. Untuk pengolahan kopi bisa menjadi seenak itu, konon air kopi direbus di seng tembaga, sampai melimpah ruah airnya, baru disaring dan disajikan kepada tamu. Aromanya tapi tidak hilang.

Di Makassar, atau di daerah-daerah lainnya, kopi menjadi bagian dari masyarakat. Sebagai sarana bersosialisasi. Kata kenalanku, disana, semua lapisan masyarakat berkumpul disana. Baik pengusaha, tokoh masyarakat ataupun orang partai politik. Tidak ketinggalan juga para wartawan. Warung kopi adalah tempat bagi orang-orang untuk mengetahui isu-isu menarik dan isu-isu yang sedang hangat di masyarakat.

Kalau di Jawa, kebiasaan minum kopi atau warung kopi tidak seperti di luar Jawa seperti Makassar, Aceh ataupun Medan. Akan tetapi, di sekedar warung saja. Nah, di warung itu disediakan kopi. Tapi, tidak ada yang khas dengan kopi itu. Tidak ada warung tradisional yang namanya sampai mengharum ke seantero negeri. Dalam konteks ini, aku bicara lebih pada Jawa Timur. Kalau di Jatim, kebanyakan warung kopi itu di pinggiran jalan. Mungkin, ada satu dua yang ada sejak dulu. Seperti warung Bakoel Kopi yang ada di Jakarta. Mereka mungkin telah ada sejak beberapa waktu yang lalu. Mengolah kopi sendiri, dan menjadikannya sebagai brand tersendiri.

Oh, I love coffee. My room now, smells like coffee.

Tuesday 9 June 2009

Horison, Malam Ini

Sebenarnya, aku ingin menuliskan sebuah cerita. Yang gawat. Dan agak serius. Tapi, tiba-tiba saja, aku kehilangan mood untuk menuliskan topik itu. Aku ganti yang lain saja ya. Lain kali, akan aku ceritakan, pastinya.

Saat ini, aku sedang di Makassar. Baru saja bertemu dengan Wisanggeni's family di Mall Panakukang, makan mie ikan, dan ngobrol sana sini.

Ada hal yang sangat khas Makassar. Hmm.., tidak bermaksud untuk berprangka. Tapi, ada yang berbau Makassar. Misalnya, kalau kau ke bandara, maka akan dijumpai orang-orang bepergian dengan bagasi yang banyak. Berkoli-koli. Terus, masalah rokok. Parah deh kebiasaan merokok orang di daerah sini. Dimana-mana bau rokok. Di lobi dan selasar hotel saja bau rokok, apalagi di kedai-kedai makan. Sangat parah. Sampai di gedung pertemuan, tanda larangan merokok ditulis dengan BESAR. Apalagi ya??? Hmmm..orang-orang yang bilagn "kita" tapi artinya "Anda..." Satu lagi, masakannya banyak vetsinnya. Gila Maaakkkkk... sampai aku pasti langsung tepar mengantuk. Gila banget, bahkan untuk sambal kacang buat makan seafood.

Sekarang, aku duduk di lobby Horison. Mendengarkan suara penyanyi yang mirip Ermy Kullit. Suaranya, mengalun lembut. Bagus sekali. Dia sekarang sedang menyanyikan Don't Sleep Away My Baby, dari Daniel Sahueleka... Indah sekali. Jadi mellow.

Monday 8 June 2009

Olahraga Merusak Tubuh

Satu bulan ini, aku dikejutkan oleh kenaikan berat badan sebanyak dua kilo. Kenaikan yang sama aku dapatkan dua bulan lalu, tapi kemudian bisa aku turunkan dua kilo selama dua minggu. Berhenti lagi selama hampir sebulan. Tapi, sebenarnya bukan berhenti total olahraga. Aku masih latihan, tapi ringan-ringan saja, tidak seperti biasanya. Itupun hanya di rumah dan hanya setengah jam.

Kemarin, aku coba timbang. Gila Makk..dua kilo yang hilang itu telah kembali lagi. Dua kilo itu, hal yang sangat berarti banyak. Bayangkan saja, daging 2 kilo itu banyaknya seperti apa?? Banyaklah... Belum lagi, dari kejauhan memang tampak kalau aku naik, hehe. Aduh, lemak tidak bisa diajak kompromi.

Aku jadi sadar, kenapa orang kalau olahraga, apapun yang terjadi harus olahraga terus. Sekali berhenti, maka tubuh akan rusak. Olahraga sama juga dengan merusak tubuh. Tapi, merusak yang menyenangkan. Ketika keringat mengucur dari dahi dan tubuh. Enak sekali rasanya. Puas, setelah menyiksa tubuh. Tapi, hasilnya, tubuh segar. Otot-otot menjadi kencang. Olahraga adalah cara kita berkomunikasi dengan tubuh dan otot kita. Sebagai bukti kita sayang sama mereka.

Hmm..detik ini, aku berjanji akan kembali rajin olahraga. Kesibukan menegangkan sudah berlalu. Ya tetap sibuk sih, tapi tidak perlu setiap hari pulang jam 1 dinihari..hihihi

Rindu nge-Blog

Semalam, seorang teman menulis komen di status facebook-ku. Dia bilang, baru saja melihat blogku. Dan, ingin meniru gaya nulisku di blog. Entah blog yang mana. Karena di dalam profile aku mencantumkan beberapa alamat blog. Baru sadar, sudah lama sekali aku tidak menulis blog. Mungkin, sejak Februari ketika aku mulai turun ke lapangan. Alasannya, sangat sederhana. Aku tidak memiliki waktu lagi ketika aku berada di lapangan. Jadwal acara dari pagi sampai malam, hanya wawancara dan wawancara dengan orang-orang yan mengenakan seragam warna coklat. Hanya sesekali kunjungan ke lapangan.

Setelah membaca tulisan di statusku itu, semalam jadi buka blog ku. Dan, menemukan komen dari seorang, entah siapa. Karena itu, aku kemudian cek dari HP. Maklum, tiada sambungan internet di rumah. Kemudian, aku jadi sadar kalau sudah lama tidak menulis blog dan menjadi benar-benar merindukannya.

Menulis blog, adalah sebuah cara untuk memudarkan keruwel-keruwel di otak. Yah, aku berjanji, mulai akan rajin menulis blog kembali. Semoga, bukan janji palsu.