Semalam, aku pergi ke Sogo lagi. Mengambil parfum miniatur sama Sofie. Sofie pesan Dior Pure Poison dan Night Poison. Aku pesan Pure Poison dan Fahrenheit 32. Harusnya, parfum ini kita ambil beberapa hari yang lalu. Sayangnya, kita tidak sempat untuk mengambilnya. Baru tadi malam kita sempat.
Waktu kita datang, kita langsung ke Mbak Ana. Kita langsung disapa dengan ramahnya. Layaknya nyonya-nyonya yang memakai tas LV. Hihihi. Dia langsung menunjukkan barang pesanan kami. Empat barang untuk kita. Huuhhh...mencium baunya saja bisa membuat bahagia. Kita langsung tersenyum bahagia. Hmmm....
Ketika kita sedang mengobrol dengan Mbak Ana dan mencoba beberapa produk yang lainnya. Siapa tahu, pas ada bentuk mini-nya, kita pas ada duit. Tiba-tiba saja, beberapa mbak-mbak penjual parfum lainnya datang dan mendekati kami. Menawarkan produk miniatur lainnya. Berhubung sudah tidak ada duit lagi, kami menolak dengan halus. Dia bilang, "Ya, pakai kartu, Mbak..." Sudah aku jelaskan kalau aku bukan penganut paham bayar dengna kartu, dia tidak percaya. Dan, tetap memaksa kami untuk melihat barang-barang koleksi dia. Akhirnya, kita manut saja, menuruti langkah mbak parfum bernama Ida.
Ketika kita mengikuti langkah dia, mbak-mbak lainnya bertubi-tubi menawari kami juga. Mereka dengan spontan meletakkan parfum-parfum mini di atas meja. Ada azzaro, ada Dolce dan Gabbana, ada 212, ada Aigner, ada Hugo, dan banyak lagi. Tidak kurang dari delapan parfum dijajar di depan kami. Sofie dan aku terbelalak. Berhubung nafsuku sedang tidak banyak, aku sama sekal tidak tertarik. Sofie, imannya sepertinya sedikit goyah. Hanya, saja dia harus bayar gaji Ali di showroom. Kalau tidak, setan pasti sudah berhasil menundukkan iman dia, hehehe.
Dalam perjalanan pulang kami berdua kembali terkikik pada ulah mbak-mbak itu. Dalam beberapa hal, kami percaya, bahwa para mbak-mbak itu selalu menilai dari penampilan kami. Ketika kami, lewat di depan mereka, tidak pernah sekalipun mereka menoleh. Kecuali, kita pernah sekali saja membeli produk mereka. Mereka akan terus memburu kita. Seakan-akan kita memang memiliki banyak uang. Beruntung kita pernah membelikan barang Mbak Wiwik kapan hari.
Aku masih ingat dengan sangat jelas, ketika beberapa tahun yang lalu, dengan celana pendek, aku berniat membeli parfum di Galaxy Mall. Mbak-mbak itu bertanya kepadaku, "Emang, Mbak-nya punya budget berapa?" Duuhh.... langsung saja aku tinggalkan orang itu.
Saturday, 25 July 2009
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment