Wednesday, 15 July 2009

X-Trail Naikkan Derajat

Sofie terkejut saja ketika Mas Nd jemput kita di pool Bali Megah Wisata (BMW) dengan mengendari Nissan X-Trail. Sejak kapan dia ganti kendaraan. At the end, mobil ini akan menjadi kendaraan kita selama di Bali. Kita mikirnya, akan dapat Piccanto. Enak juga pakai X-trail. Sayangnya, CC nya besar. Kalau tidak salah 3.500 CC. Jadi, tidak sekedar boros bensin, tapi juga kayak kencing saja pakainya bensin. Sangking cepatnya habis. Enaknya, entheng setirannya. Apalagi Nadia yang bawa. She is the best woman driver in my class!

Nah, di hari pertama kita tiba di Bali, setelah sarapan di depan Hard Rock dan dropping bos di Bali Pasadena. Tujuan pertama adalah Pecatu. Lokasi pantai Dreamland. Surga selancar yang kini telah disulap Tommy Suharto jadi "Kuta kedua." Ada juga Cafe Klapa. Yang peresmiannya sempat bikin Keket ribut sama Andi Soraya, rebutan Sang Pangeran Cendana.

Areal Pecatu, sudah dikuasi sepenuhnya oleh Pangeran Cendana itu. Bukit tandus itu, telah disulap jadi real estate, padang golf, dan hotel. Tapi, di bukit disana tetap tegak berdiri. Yang aneh, bukit itu adalah bukit kapur. Tapi, diatasnya bisa tumbuh pohon-pohon. Mirip hutan gitu. Konon, dulunya tidak ada yang tahu kalau tanah bukit itu adalah kapur. Sebenarnya, kurang masuk akal kalau di atas tanah kapur, pohon-pohon bisa tumbuh sesubur itu. Lihat saja Gunung Kidul atau Tulungagung. Daerah-daerah kapur, umumnya tandus. Sehingga sering sulit air. Tapi memang benar, Tuhan Maha Besar.

Ketika kita sampai di pos satpam, melihat kita mengendarai X-trail dan plat nomor kendaraan B, satpam langsung menyapa kami dengan ramah. Seraya mengatakan kalau di Klapa sedang ada pertunjukan DJ Lives. Kita, khas anak Ngibul, bilang "Ya, terima kasih!" dengan pede-nya. Habis itu cekikikan. Wah, dikira anak pejabat dari Jakarta.... Makanya, orang itu super ramah.

Ternyata, kita memang tidak jadi main di pantai. Pertama, masih panas. Dan, beberapa agak anti panas. Aku sebenarnya tidak, masalahnya agak masuk angin gara-gara campuran antara kopi sama mangga. Hasilnya, perut diaduk-aduk. Apalagi, paginya aku pupup telat. Kedua, takut dekat-dekat dengan para bule yang asik bermain di pantai gara-gara virus Flu Babi. Akhirnya kita hanya duduk-duduk di resto kecil di pinggir pantai, memesan makanan sederhana. Sofie dan aku pesan sate. Nadia pesan spagetti dan Any pesan steak. Sebelum makan, Antis dulu.... Masakannya lumayan sih. Pelayanannya mas-mas Bali berkulit gelap. Ketika aku pesan coklat panas dikasih es coklat...

Karena masukn angin semakin parah, aku ingin pupup. Sayangnya, toilet ada di atas. Lumayan jauh. Yang paling dekat adalah di Klapa. Yang tepat ada di atas pantai tempat kami nongkrong. Hanya tinggal naik tangga dari marmer. Sumpah, aku hanya ingin toilet! Dengan susah payah aku naik (karena menahan mules). Sesampainya di anak tangga paling atas, seorang satpam berdiri gagah di depanku. Berkata, "Balik saja ke bawah sana... Jangan ke atas.." Oalahh... dia mengusirku, saudara. Mungkin karena tampang kereku. Yang hanya pakai celana pendek warna merah dan kaos oblong. Tidak membawa apa-apa. Dan, muka memelas karena menahan sakit perut.

Tanpa berpikir panjangk aku lari ke toilet sebenarnya. Pakai antri lagi.... Duuhh...setibanya di dalam toilet, aku tidak bisa pupup. Dan, perut masih saja mules, dan sendawa terus.... Oh masuk angin, please, don't ruin my holiday!

Pesan moral dari cerita ini: orang memang masih menilai semua itu dari kulitnya saja. Di bawah, ketika mengendarai X-trail. Status kita naik. Di atas, itulah sebenarnya kita. Yang belum kelasnya kalau ke Klapa, hehehe.

No comments: