Wednesday, 15 July 2009

Danau Batur: Surga yang Ternoda

Kata web benar. Kalau Kintamani atau Danau Batur, memang menawarkan pemandangan yang indah dan udara yang sejuk. Benar juga, kalau di lokasi itu para pengunjungan "diganggu" oleh reseknya penjual barang-barang souvenir. Mereka menawarkan barang dengan memaksa. Meskipun sudah ditolak, tetap membuntuti kemanapaun kita pergi.

Tanda-tanda tidak enak itu sudah mulai dirasakan ketika kita sedang foto-fotoan di pinggir jalan raya. Kita sudah ditawari pemandian air panas dan sewa boat ke Trunyan. Tapi, kita sudah menolaknya dengan halus. Bapak yang menawarkan itu, paham, dan segera pergi dengan sepeda motornya.

Gangguan yang sesungguhnya ada di pinggir Danau Batur. Begitu kita datang, langsung ditawari jasa pencucian mobil. Nadia menolak dengan halus. "Itu bukan mobil saya, Pak.." Orang itu juga langsung cabut. Yang resek justru ibu-ibu. Mereka menawari kita souvenir. Aku langsung saja sok sibuk dengan kamera, foto sana dan foto sini. Nadia, Sofie dan Any, masih sedikit shock dengan "jalur maut" yang baru saja kita lalui, masih diam saja. Mereka didekati dan dipaksa oleh ibu-ibu itu. Satu anak, satu orang ibu penjual souvenir. Dari kejauhan aku dengar mereka ribut sekali. Nadia sampai hampir bertengkar sama ibu itu. Komen si Ibu itu salah satunya gini "Teman Mbak ini, jahat sekali.." kata si ibu kepada Any. Any, yang memang tidak tegaan, terpaksa membeli cincin yang katanya perak. Setelah Any membeli, si pedangan cerita ke Nadia "Sebenarnya, saya jual ke teman Mbak itu rugi..." Dijawab Nadia, "Lho, kalau rugi, kenapa dijual?" Si Ibu tambah marah. Dan, Any melancarkan nasehatnya ketika si penjual bilang kalau barang dagangan dia sepi dari pagi. "Makanya Bu, jangan ribut sama tamu. Mereka tidak nyaman. Akhirnya, tidak mau beli..." Si Ibu dengan pede jawab, "Lha, siapa bilang sepi, dari pagi tadi sudah ada 15 bis..." Any melongo, katanya sepiii....

Kalau kasus Sofie beda sedikit. Dia tidak mau membeli souvernir dengan alasan dia capek dan tegang gara-gara salah jalan. Eh, si Ibu malah menawarkan pijat. Sofie meneruskan aksi "sok bodohnya". Tidak suka pijat, dan tetap bertampang sok tidak mendengar....

Tidak sampai setengah jam kita ada di tempat itu. Sebenarnya, sayang sekali. Kalau tempat indah itu, harus ternoda oleh pedangan-pedangang souvenir yang bikin orang tidak nyaman. Bukannya kita membeli, malah kita cepat-cepat pergi dari tempat itu. Tanpa menikmati keindahan Dana Batur dan Gunung Batur.

No comments: